MediandaTerkini – Sahabat medianda terkini
Ketika seseorang memutuskan untuk menikah tentu harapan keluarga baru tersebut
ialah menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Namun terkadang apa yang
kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebuah keluarga bisa barakah jika
di dalamnya ada sakinah. Mereka merasakan ketenteraman. Dalam keadaan diguncang
kesulitan atau dikarunia kesuksesan, suami dan istri merasakan ketenteraman
saat berdekatan. Ketika suami datang dengan wajah kusam berlipat-lipat, istri
memberi sambutan hangat bersemangat. Wajahnya tetap teduh dan penuh perhatian
sehingga suami semakin sayang. Jika Anda memiliki istri demikian, bersyukurlah.
Anda sudah mendapatkan kunci kebahagiaan.
“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki
adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika
kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatanmu, dirinya dan
hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah
yang damai yang penuh kasih sayang.
Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah
istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga
lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga
kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu
merasa lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah
yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”
Baca Juga Rumah Tangga Tanpa Adanya Problema Adalah Sebuah Kemustahilan
Jika keluarga Anda penuh barakah dan Allah
melimpahkan barakah atas keluarga Anda, maka Anda akan mendapati rumah tangga
yang diliputi oleh mawaddah wa rahmah (ketulusan cinta dan kasih-sayang). Jika
suami resah, ada pangkuan istri yang siap merengkuh dengan segenap perasaannya.
Jika istri gelisah, ada suami yang siap menampung air mata dengan dekapan
hangat di dada, serta usapan tangan yang memberi ketenteraman dan perlindungan.
Tanpa adanya sakinah, mawaddah wa rahmah,
keluarga sulit mencapai barakah dan penuh dengan kebarakahan. Suami-istri tidak
bisa saling mencurahkan kasih-sayang secara penuh. Mereka tidak bisa saling
menerima, mempercayai dan memaafkan kekurangan-kekurangan, padahal setiap manusia
selalu punya kekurangan. Di sini keluarga dipenuhi oleh keluh-kesah dan
kekecewaan.
Bukan oleh keadaan ekonomi, melainkan oleh
ketidakpuasan terhadap teman hidupnya beserta keluarganya. Sehingga interaksi
antar keduanya menjadi kering, sangat periferal. Bukan dari hati ke hati,
sehingga saling merindukan. Pergi tiga hari saja tidak ditunggu-tunggu
kedatangannya. Apalagi sekadar terlambat pulang satu atau dua jam.
Dalam keadaan yang demikian, keluarga tidak
menjadi tempat terbaik untuk membesarkan anak dan menumbuhkan kekuatan jiwa
mereka. Rumah menjadi tempat yang sempit, sehingga anak-anak dan suami tidak
menemukan kedamaian di dalamnya. Meskipun secara fisik, rumah cukup besar dan
megah.
Maka, bila Anda mendo’akan barakah,
insya-Allah Anda juga mendo’akan sakinah, mawaddah wa rahmah bagi keluarga yang
akan dibangun oleh pengantin baru itu. Anda juga mendo’akan mereka mendapatkan
keturunan yang barakah. Biar anak banyak asal barakah, sungguh sangat
alhamdulillah.
Mendo’akan barakah sama seperti halnya dengan
menyuruh shalat. Jika Anda menyuruh saya melakukan shalat, berarti Anda juga
menyuruh saya untuk berwudhu atau malah mandi jinabah jika saya sedang berhadast
besar. Karena, tidak bisa saya melakukan shalat jika saya berhadas.
Jika Anda menganjurkan saya shalat dengan
khusyuk dan tenang, berarti Anda juga menganjurkan saya menghilangkan
perintang-perintang ketenangan. Anda tetap bisa shalat, tetapi ketika isya’ itu
perut Anda melilit-lilit shalat Anda tidak bisa tenang. Karena itu makanlah
lebih dulu. Semoga shalat Anda lebih sempurna.
Tetapi kalau Anda menyuruh seseorang mandi,
tidak secara otomatis menyuruh seseorang itu shalat. Begitu juga kalau Anda
mendo’akan banyak anak, belum tentu barakah. Malah anak bisa menjadi fitnah
yang menyusahkan orangtua dunia akhirat.
Ini tidak berarti Anda tidak boleh meraih
kesenangan dan bercanda dengan anak istri. Malah sebagaimana ditunjukkan di
awal tulisan ini, kita banyak ditunjukkan dan “diperintahkan” untuk memperoleh
kesenangan-kesenangan itu. Bahkan, berjima’ pun bernilai ibadah.
Jika Anda berhubungan 1nt!m, Anda akan
mendapat pahala shalat Dhuha. Jika Anda meremas-remas jemari istri dengan
remasan sayang, dosa-dosa Anda berdua berguguran. Jika Anda menyenangkan istri
sehingga hatinya bahagia dan diliputi suka cita, Anda hampir sama dengan
menangis karena takut kepada Allah. Subhanallah. Maha Suci Allah. Ia memberi
keindahan. Ia juga memberi pahala dan ridha-Nya.
“Barangsiapa menggembirakan hati seorang
wanita (istri), “kata Rasulullah Saw., ” seakan-akan menangis karena takut
kepada Allah. Barangsiapa menangis karena takut ke-pada Allah, maka Allah
mengharamkan tubuhnya dari neraka.”
“Sesungguhnya ketika seorang suami
memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan suaminya,” kata Nabi Saw. menjelaskan,
“maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh rahmat. Manakala
suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka bergu-guranlah
dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jari-jema-rinya.” (Diriwayatkan
Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Al-Khudzri R.A.).
Bahkan, pahala yang didapatkan ketika bers3tubuh
dengan istri bisa mencapai tingkat pahala mati terbunuh dalam perang di jalan
Allah. Nabi kita Muhammad al- ma’shum bersabda, “Sesungguhnya seorang suami
yang mencampuri istrinya, maka pencampurannya (jima’) itu dicatat memperoleh
pahala seperti pahala anak lelaki yang berperang di jalan Allah lalu terbunuh.”
Mengenai hadist yang disebut terakhir ini,
saya tidak menemukan keterangan lebih lanjut. Namun dari berbagai hadist
tentang jima’ dan bercvmbu, kita mendapati bahwa keduanya adalah merupakan
sesuatu yang dihormati dan bagi yang melakukannya secara sah, Allah memberi
pahala yang besar. Bahkan, orang yang meninggalkan jima’ bisa “keluar dari
Islam” (tidak termasuk ummat Muhammad) manakala tindakannya menyebabkan suami
atau istri mengalami penderitaan.
Wallahu A’lam bishawab.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
beritaislamterbaru.org