Mediandaterkini – Sahabat Mediandaterkini yang dimuliakan Oleh
Allah SWT, Terlintas dalam benak seorang suami yang menuduh istrinya telah melakukan pembatal Islam. Pasalnya sang istri
tidak merestui suaminya berpoligami. Padahal poligami disyariatkan Allah dalam
Al-Qur’an. Istri yang membenci poligami, berarti membenci apa yang disyariatkan
Allah. Dan itu kekufuran, atau pembatal islam.
Selanjutnya, sang suami akan membawakan dalil-dalil
tentang ancaman membenci apa yang Allah syariatkan. Diantaranya,
Firman Allah, Disebutkan dalam Surat (Muhammad : 9 )
“Yang demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka
benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan
(pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).
Atau firman Allah tentang sifat orang kafir,
“Apakah patut mereka berkata: “Padanya (Muhammad) ada
penyakit gila.” sebenarnya Dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan
kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.” (QS. Al-Mukminun: 70).
Karena itu, istri wajib mencintai poligami, agar istri
tidak membenci syariat Allah tentang poligami. Bagian dari cinta pada poligami,
istri wajib mendukung suaminya berpoligami…
Kira-kira itulah salah satu jurus andalan yang
digunakan para lelaki yang sudah ngebet poligami, tapi terganjal restu istri.
Benci
itu Ada Dua
Rasanya berat ketika cinta harus terbagi. Kebanyakan
wanita tidak akan rela jika suaminya harus dibagi. Meskipun banyak juga yang
sanggup bersabar ketika suaminya melakukan poligami.
Namun, terlepas dari masalah kesabaran, sejatinya
menuduh istri telah melakukan pembatal Islam karena tidak merestui suami
melakukan poligami ialah tuduhan yang jauh dari kebenaran.
Karena tidak semua kebencian semacam ini bernilai
pembatal Islam. Bahkan ada kebencian yang itu dialami para sahabat.
Allah berfirman tentang perang,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang
itu ialah sesuatu yang kalian benci. Sementara boleh jadi kalian membenci
sesuatu, padahal itu amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi (pula) kalian
menyukai sesuatu, Padahal itu amat buruk bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Anda bisa perhatikan, “padahal berperang itu ialah
sesuatu yang kalian benci” kalimat ini sebagai keterangan pernyataan
sebelumnya, “Diwajibkan atas kalian berperang.”
Apakah berarti sahabat membenci apa yang Allah
wajibkan? Padahal itu kekufuran?
Kita akan simak jawaban pertanyaan ini dari keterangan
al-Baghawi dalam tafsirnya,
قوله تعالى:
{ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ }
أي شاق عليكم قال بعض أهل المعاني: هذا الكره من حيث نفور الطبع عنه لما فيه، من مؤنة المال ومشقة النفس وخطر الروح، لا أنهم كرهوا أمر الله تعالى
Firman Allah (yang artinya), “berperang itu ialah
sesuatu yang kalian benci.” maksudnya, jihad itu berat bagi kalian. Kata
sebagian ahli tafsir, kebencian ini karena secara naluri, manusia tidak menyukai
perang. Karena harus mengeluarkan banyak biaya, membebani diri, dan
membahayakan jiwa. Bukan karena mereka membenci apa yang Allah perintahkan.
(Ma’alim at-Tanzil, 1/246).
Bahkan, adanya perasaan tak suka ketika seseorang
melaksanakan ibadah yang tidak dia sukai, akan menambah nilai pahalanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan tawaran kepada para sahabat,
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟
“Maukah kutunjukkan kepada kalian amalan yang bisa
menghapus dosa dan mengangkat derajat?”
Kemudian beliau jelaskan, salah satunya,
إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ
“Menyempurnakan wudhu dalam kondisi tidak suka.” (HR.
Muslim 251).
Berangkat dari sini, ulama membagi kebencian ada dua
(simak: al-Ilmam bi Syarh Nawaqid al-Islam, hlm. 166 – 167),
Yang
Pertama Ialah benci yang merupakan pembatal Islam
Inilah kebencian yang dialami orang munafiq dan kaum
musyrikin yang menjadi musuh Islam. Kebencian yang berangkat dari permusuhan
mereka terhadap Islam atau kaum muslimin. Sehingga apapun yang itu menjadi
ajaran Islam, mereka benci dan mereka tolak. Sekalipun itu sangat adil dan
bijak.
Sehingga apapun yang itu datang dari Islam, mereka akan
berusaha mengkritiknya. Mencari sejuta celah untuk menyudutkan ajaran Islam dan
kaum muslimin.
Orang Yahudi dan Nasrani mempermasalahkan poligami yang
dilakukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal para Nabi yang
mereka agungkan, juga melakukan poligami. Seperti Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub,
Nabi Sulaiman dan yang lainnya. Dan mereka tidak pernah mempermasalahkan itu.
Ketika tokoh dakwah islam yang anti-liberal melakukan
poligami, sejuta suara sumbang orang JIL berbondong-bondong meneriakkan HAM,
pelecehan, dan celoteh yang keluar dari mulut kotor mereka.
Sementara mereka diam bahwa ternyata mantan presiden
Soekarno juga punya banyak istri, Eyang Subuh punya banyak istri. Jadinya,
bukan poligami yang mereka musuhi, tapi dakwah kebenaran.
Ketika pembangunan satu gereja dipermasalahkan di
daerah Nasrani minoritas, sekelompok liberal mewakili corong kafir mengajukan
protes. Di saat masjid di Papua dibakar, mereka tutup mulut, dan bahkan
menyalahkan kaum muslimin.
Jadi, bukan kekerasan yang mereka benci. Namun
kekerasan yang dilakukan kaum muslimin.
Yang
Kedua Ialah benci yang merupakan bagian dari tabiat manusia.
Itulah perasaan tidak suka terhadap dampak buruk dan
beban berat dari adanya perintah syariat.
Bukan karena dia membenci aturan dan perintah Allah. Namun
yang tidak dia sukai ialah unsur masyaqqah (beban berat) sebagai konsekuensi
dari adanya perintah itu.
Tabiat manusia tentu tidak suka menahan haus, atau
lapar. Meskipun setiap muslim tidak membenci syariat puasa.
Naluri manusia cinta harta dan tidak ingin hartanya
berkurang. Meskipun setiap mukmin tidak akan membenci adanya syariat zakat.
Sehingga, benci karena tabiat ialah benci karena
masyaqqah (beban berat) dalam aturan syariat. Sebagaimana yang terjadi pada
para sahabat, yang mereka membenci perang, padahal itu diwajibkan.
Kesimpulan dari tulisan diatas ialah:
Istri membenci poligami, bukan karena dia benci syariat
Allah tentang poligami. Tapi istri tidak suka ketika cinta suaminya dibagi. Dan
ini bukan benci kepada syariat, tapi benci terhadap dampak dari poligami.
WAllahu a’lam. Semoga bermanfaat bagi pasangan suami
istri.
Sumber: muslimah.or.id