Medianda - Kita tentu menginginkan doa yang mustajab atau cepat
terkabul. Namun, seringkali kita tidak tahu bahwa doa seperti apa yang
mustajab.
Atau kita tidak tahu bahwa kita termasuk hamba yang akan
cepat terkabul doanya bila mau berdoa.
Karena itu, selayaknya kita tahu siapa saja golongan hamba
yang mustajab atau cepat terkabul doanya.
Boleh jadi kita sedang termasuk ke dalam golongan tersebut,
sehingga bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Berikut adalah beberapa
golongan yang mustajab berdasarkan informasi yang Al-Qur’an dan hadits.
Pertama, hamba yang terzalimi. Disebutkan, saat mengutus
Mu‘adz ke Yaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حِجَابٌ
“Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi. Sebab, di
antara doanya dengan Allah tidak ada penghalang,” (HR. Ahmad).
Dalam riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan, walaupun orang yang terzalimi tersebut
seorang yang ahli maksiat.
“Doa orang terzalimi itu mustajab, mesipun ia seorang ahli
maksiat. Sebab, kemaksiatannya untuk dirinya.” Bahkan, dalam riwayat Ahmad dari
Anas disebutkan, walaupun orang yang terzalimi itu seorang non-Muslim.
Kedua, orang tua kepada anaknya. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diterima Abu Hurairah:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga doa yang mustajab, tak diragukan lagi di dalam
ketiganya, (salah satunya) yakni doa orang tua kepada anaknya,” (HR. Ahmad).
Terlebih hadits lain yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi
menyatakan, “Ridha Allah bersama ridha orang tua. Dan murka-Nya bersama ridha
orang tua.”
Ketiga, orang yang sedang berpuasa. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Abu Hurairah. Dalam riwayat
tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصَّائِمُ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُ
“Orang yang berpuasa itu tidak ditolak doanya.”
Riwayat lain menyebutkan, “Tiga doa yang tidak ditolak,
(salah satunya) orang yang berpuasa hingga berbuka.”
Keempat, musafir atau orang yang sedang menempuh perjalanan
jauh. Abu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tiga doa yang mustajab, tak diragukan lagi di dalam
ketiganya, (salah satunya) yakni doa musafir,” (HR. Ahmad).
Kelima, orang yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini
berdasarkan ayat Al-Qur’an:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ
“Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya,” (QS. An-Naml [27]: 62).
Keenam, seorang Muslim yang mendoakan saudaranya di
belakangnya. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Abu Ad-Darda.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidaklah seorang hamba Muslim mendoakan saudaranya yang ada
di belakangnya kecuali malaikat berkata, ‘Engkau berhak mendapat seperti apa
yang kau pinta’.”
Maksud “di belakangnya” menunjukkan ketulusan dan kejernihan
niat orang yang mendoakan kepada orang yang didoakan.
Terlebih, dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah
akan menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya yang Muslim.”
Ketujuh, anak yang saleh dan berbakti kepada kedua orang
tuanya. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Malik dari Abu Hurairah. Dalam
riwayat tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Ketika anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya
kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh
yang mendoakannya.”
Informasi ini dikuatkan oleh riwayat Ibnu Majah dari Abu
Hurairah, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ لَهُ الدَّرَجَةُ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang diangkat derajatnya di
surga. Hamba itu bertanya, ‘Karena apa yang aku peroleh ini?’ Dijawabnya, ‘Itu
berkat istigfar anakmu untukmu’.”
Kedelapan, orang yang tidur dalam keadaan suci dan berdzikir
mengingat Allah, sesuai dengan hadits riwayat Ahmad dari Mu ‘adz ibn Jabal.
Disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيتُ عَلَى ذِكْرِ اللهِ طَاهِرًا، فَيَتَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
“Tidaklah seorang Muslim tidur dalam keadaan berdzikir dan
suci, kemudian terbangun di waktu malam dan memohon kebaikan dunia dan akhirat,
kecuali Allah akan mengabulkan permintaannya.”
Makbulnya doa orang yang bangun tidur juga disebutkan dalam
hadits riwayat Ahmad dan ‘Ubadah ibn Shamit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan bahwa siapa saja yang terbangun malam, lalu membaca:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
(Tiada tuhan selain Dia semata, yang tiada sekutu bagi-Nya,
Dzat yang maha memiliki kerajaan, Dzat yang maha memiliki segala pujian. Dan
Dia adalah Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Maha suci Allah. Segala
puji milik Allah. Allah maha besar. Tidak daya dan kekuatan selain karena
pertolongan-Nya.)
Kemudian mengucap:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
(Ya Allah, ampunilah aku).
Atau berdoa, maka dikabulkan doanya. Kemudian jika ia
berniat untuk wudlu dan menunaikan shalat, maka shalatnya akan diterima.”
Kesembilan, orang yang berdoa dengan doa Dzun Nun (Nabi
Yunus). Demikian berdasarkan hadits riwayat At-Tirmidzi dari Abu Sa‘d ibn Abi
Waqash.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan, doa
Dzun Nun ketika berdoa dalam perut ikan adalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
(Tiada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zalim)
Tidaklah seorang laki-laki Muslim berdoa sesuatu dengan doa
tersebut kecuali Allah akan memperkenannya.
Kesepuluh, orang yang sedang berperang atau berjuang di
jalan Allah, sebagaimana hadits riwayat Ibnu Majah dari Ibnu ‘Umar. Disebutkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ، وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ، فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang sedang
ibadah haji, dan orang yang sedang berumrah adalah utusan Allah. Allah
memanggil mereka, kemudian mereka memenuhi panggilan itu. Sehingga jika mereka
memohon kepada Allah, maka Allah akan memberinya.”
Kesebelas, orang yang sedang menunaikan haji dan umrah,
berdasarkan hadits pada point kesebelas.
الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ، وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ، فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang sedang
ibadah haji, dan orang yang sedang berumrah adalah utusan Allah. Allah memanggil
mereka, kemudian mereka memenuhi panggilan itu. Sehingga jika mereka memohon
kepada Allah, maka Allah akan memberinya.”
Keduabelas, pemimpin yang adil, sebagaimana hadits dalam
Musnad Ihaq dari Abu Hurairah, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
وَالْإِمَامُ الْمُقْسِطُ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُ
“Pemimpin yang adil itu tidak ditolak doanya.”
Ketigabelas, orang yang banyak mengingat Allah, sebagaimana
hadits berikut.
ثَلَاثَةٌ لَا يَرُدُّ اللهُ دُعَاءَهُمُ: الذَّاكِرُ اللهَ كَثِيرًا
“Tiga golongan yang tidak ditolak Allah doanya, (salah
satunya) orang yang banyak mengingat Allah,” (HR al-Baihaqi).
Keempatbelas, orang yang dicintai dan diridhai Allah. Ini
berdasarkan hadits dari Abu Hurairah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan bahwa Allah berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
“Siapa yang menentang seorang wali-Ku, maka Aku menyatakan
perang kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan
sesuatu yang Aku cintai dari apa yang telah aku fardlukan kepadanya dan
tidaklah ia senantiasa mendekat kepada-Ku dengan ibadah sunah kecuali Aku akan
mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengaran
yang ia pergunakan untuk mendengar, Aku akan menjadi penglihatan yang ia
pergunakan untuk melihat, Aku akan menjadi tangan yang menjadi kekuatannya, Aku
akan menjadi kaki yang ia pakai untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, maka
Aku akan memberinya. Jika ia berlindung, Aku akan melindunginya.”
Demikian sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari.
(Lihat: Syekh Khalid ibn Sulaiman, Min ‘Aja’ib Ad-Du‘a [Riyadh: Darul Qasim],
jilid 1, hal. 29).
Semoga kita termasuk orang-orang yang di Ridhoi Allah.
Sumber: nu.or.id