Sering dituduh ajarkan paham radikal dan intoleran
Pihak KPAI turut angkat bicara mengenai tuduhan yang menyasar serial Nussa dan Rara. Selain itu pihaknya juga memberikan saran kepada kreator tim Nussa dan Rara untuk memberikan tambahan dalam kontennya.
Serial animasi Nussa berhenti tayang karena terdampak pandemi Covid-19. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan pendakwah populer Felix Siauw dalam unggahan Instagram pribadinya di @felixsiauw.
Felix juga turut menuturkan bahwa pandemi Covid-19 yang hampir setahun melanda Indonesia ini memiliki dampak yang signifikan terhadap tim kreator Nussa.
Bahkan menurut Felix, pada Mei 2020, 70 persen karyawan yang memproduksi animasi Islami yang sedang meledak ini terpaksa harus diberhentikan.
Tidak hanya itu, tim kreator Nussa juga terpaksa harus pindah kantor ke tempat yang lebih terjangkau dibandingkan sebelumnya.
Felix juga mengungkapkan bahwa kartun Nussa seringkali dituding sebagai kartun yang radikal dan intoleran.
Meski begitu, tidak pernah ada yang memberikan alasan yang jelas mengenai tudingan tersebut.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti turut buka suara mengenai tudingan yang ditujukan pada film animasi Nussa.
Menurut Retno, dalam cuplikan trailer Film Nussa tidak ada konten yanag berisi tentang nilai-nilai radikal dan toleran.
"Kalau melihat trailernya sih tidak ada ucapan atau kata-kata dalam dialog yang mengarah pada mengajarkan radikalisasi maupun anti keberagaman," ujar Retno, pada Selasa (12/1).
Ia coba menerka-nerka, barangkali isu keberagaman yang dinilai pihak kontra adalah dikarenakan pakaian pemeran utamanya.
Sebagaimana diketahui bahwa Nusa mengenakan gamis, sementara adiknya mengenakan jilbab. Selain itu, teman sekolah dan ibu Nussa yang juga menggunakan jilbab.
Retno juga turut mempertanyakan mengenai segmen pasar yang dituju oleh kreator Nussa. Dan mengungkapkan jika ingin segmen anak Indonesia, seharusnya tidak melihat agamanya.
"Mungkin perlu didalami ke produser dan penulis skrip, apakah film ini memang segmen yang disasar adalah yang beragama Islam atau bagaimana. Karena kalau pesan moral film ini bagus untuk anak dan memunculkan karakter positif, maka seharusnya segmennya semua anak Indonesia, tanpa melihat agamanya," terang Retno.
Ia juga berharap agar ada pemeran lain yang berbeda agama dalam film Nussa dan Rara tersebut, sebagai bentuk pembelajaran mengenai toleransi seperti halnya film Upin dan Ipin.
"Semoga di film utuhnya ada pemeran lain yang berbeda agama dan mereka saling menghormati. Kalau lihat Ipin Upin kan penuh dengan warna keberagaman ya, bahkan ada yang Chinese, India, meski pemeran utama Ipin Upin dalam film dikisahkan beragama Islam. Film layar lebar untuk anak patut diapresiasi karena sudah jarang," tambah Retno.
Semoga bisa menjadi masukan untuk tim kreator Nussa dan Rara agar jadi serial film kartun yang lebih baik lagi dan mudah diterima di seluruh lapisan masyarakat.