Senin, 13 Maret 2017

Hati-Hati, Campur Tangan Orangtua Atau Mertua Seperti ini, Sama dengan Menanam Bibit Penyakit di Rumah Tangga Anak !

MediandaTerkini – Sahabat medianda terkiniMungkin hal seperti ini pernah terjadi sekitar lingkungan anda, ketika orang tua atau mertua ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya. Menjadi orang tua harus selalu belajar untuk mendewasakan akal dan pikiran seiring bertambahnya usia. Jangan sampai sikap kurang dewasa orang tua mempengaruhi kebahagiaan pernikahan anak-anak mereka.



sebab ketidakbahagiaan dalam pernikahan, efeknya tidak jauh beda dengan penyakit kronis: mematikan. Bedanya, yang satu kelihatan dan yang satunya tidak. Ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa bersumber dari banyak hal. Namun secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ketidakbahagiaan dari dalam diri sendiri

Sumber ketidakbahagiaan pernikahan yang berasal dari dalam diri sendiri misalnya karena menikah dengan orang yang tidak dicintai & diri sendiri tidak ada usaha untuk belajar mencintai (jadi dari awal emang udah tidakk sreg) atau bisa dari sikap diri sendiri yang pada dasarnya emang tidak pernah bersyukur sekalipun sudah memiliki dan mendapatkan segalanya.

2. Ketidakbahagiaan yang berasal dari orang lain

Ketidakbahagiaan yang berasal dari luar diri sendiri bisa terjadi karena diri mendiamkan saat dibully (bisa karena tidak berdaya atau yang lain) sehingga pihak ketiga pun bisa bebas semaunya. Suami suka main tangan, mertua dan ipar yang jahat, kedatangan pihak ketiga, anak yang tidak bisa diatur, adalah beberapa contoh di antaranya.

Sahabat medianda terkini 2 penyebab di atas bisa berakibat fatal jika dibiarkan. Bersikap seolah-olah kuat, sabar, & tabah bukanlah solusi sebab pasti akan ada efeknya meski dalam bentuk tidak langsung.

Misal, seorang istri rela dan sabar diperlakukan kasar oleh suaminya. Sekilas sikap istri tersebut seolah bijak padahal ternyata ada efek negatifnya.

Atau, saat mertua mempunyai menantu laki-laki, dia berusaha menjadikan si menantu tersebut seperti dirinya dulu dan seolah tidak rela ketika menantunya bahagia bersama anaknya, ada saja hal yang diusik seperti membandingkan dengan keluarga yang lebih kaya dan lain sebagainya. Nah, bukankah ini juga tidak sehat? Bukankah banyak sekali yang semacam ini? Padahal si menantu pria tidak salah apa-apa. Dan kira-kira bagaimana perasaan orangtua si menantu pria saat ayah mertuanya mempunyai niat seperti itu meski tidak ia sadari.

Ketidakbahagiaan dalam pernikahan juga bisa membuat seseorang sangat tidak suka melihat orang lain bahagia. Seperti kata pepatah hurt people hurt people. Misal, berkata-kata pedas menyakitkan padahal orang lain tidak mengusik ketenangan hidupnya atau tidak merebut suaminya:

“Gitu aja dianterin, emang enggak bisa ya berangkat sendiri,” padahal sejatinya dia ingin juga diperlakukan seperti itu.

“Kalau aku sih emang pekerja keras ya enggak suka nganggur. Bedalah sama kamu yang di rumah aja,” padahal dia juga mau diperlakukan seperti itu.

“Kok gak hamil-hamil ya ntar suamimu nikah lagi lhoh,” entah apa untungnya bilang begini. Kenapa bahagianya harus nunggu ketika perasaan orang lain hancur? Na’udzubillah.

“Kapan rumahmu kamu renov, itu si A baru 2 tahun nikah sudah punya mobil dan rumahnya tingkatnya sudah mewah”, nah bagaimana perasaan menantu laki-lakinya, padahal bila dibandingkan juga lebih banyak lelaki yang kurang beruntung dalam pekerjaanya.

“Suamimu mandul ya, kok kamu nggak hamil-hamil“, padahal suaminya menyembunyikan masalah sulit hamil istrinya, karena rasa sayangnya.

Atau keusilan lainnya.

Jika mertua/orangtua sudah seperti ini, maka bisa dihitung detik-detik kehancuran rumah tangga anaknya.

Maka bila disimpulkan, ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa membuat seorang wanita atau laki-laki menyakiti orang lain selain dirinya (ingin membuat orang lain menderita seperti dirinya) atau menyakiti diri sendiri (bunuh diri atau semacamnya).

Adakah wanita atau laki-laki yang tidak bahagia dalam pernikahan tapi tidak seperti itu? Kenyataannya ada jika kita mau membuka mata, sangat banyak sekali perpecahan rumah tangga hanya disebabkan campur tangan orangtua.

Jika kita sudah tahu bahwa efek ketidakbahagiaan dalam pernikahan ini sifatnya dominan banget, semoga kita mempunyai usaha untuk membuat pernikahan kita bahagia sesuai dengan kondisi masing-masing. Peradaban besar dimulai dari keluarga. Yang itu artinya untuk membentuk peradaban terbaik dibutuhkan keluarga-keluarga yang sehat mental dan jiwanya, tidak hanya penampakan fisik saja yang mentereng.

Semoga kita bisa mewujudkannya demi kehidupan yang lebih damai dan jauh dari penyakit hati. Aamiin.


Sumber: wajibbaca.com
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Hati-Hati, Campur Tangan Orangtua Atau Mertua Seperti ini, Sama dengan Menanam Bibit Penyakit di Rumah Tangga Anak !