Khususnya para Jomblo... Nggak cuma duda yang boleh nikahin Janda...
Jangan cuma saksikan gadis terus-terusan saja untuk dilirik jadi calon istri, janda juga menghadirkan banyak barokah dan pahala lho. Nggak percaya!, ini buktinya.....
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam menganjurkan para lelaki yang masih bujang untuk lebih mengutamakan gadis untuk dinikahi.
Namun hal ini bukan berarti beliau melarang seorang pria menikah dengan JANDA.
Memang harus diakui, gadis tentu memiliki kelebihan dibandingkan seorang janda.
Akan tetapi, janda pun juga punya satu kelebihan dari seorang gadis, yaitu ia lebih berpengalaman.
Benar sih, karena janda sudah pernah berumah tangga.
Tapi sekarang kok banyak para lelaki menikah dengan janda?
Jangan salah dan ragu untuk menikah dengan janda, ini keutamaan dan pahala jika menikah dengan janda.
Keutaman Menolong Para Janda
Dari Abu Hurairah, berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمَسَاكِيْنِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَكَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ
“Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.” (HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no. 2982)
Termasuk dalam menolong para janda adalah dengan menikahi mereka. Namun janda manakah yang dimaksud?
Disebutkan dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim (18: 93-94),
Ada ulama yang mengatakan bahwa “armalah” yang disebut dalam hadits adalah wanita yang tidak memiliki suami, baik ia sudah menikah ataukah belum.
Ada ulama pula yang menyatakan bahwa armalah adalah wanita yang diceraikan oleh suaminya.
Ada pendapat lain dari Ibnu Qutaibah bahwa disebut armalah karena kemiskinan.
Yaitu tidak ada lagi bekal nafkah yang ia miliki karena ketiadaan suami.
Armalah bisa disebut untuk seseorang yang bekalnya tidak ada lagi. Demikian nukilan dari Imam Nawawi.
Pendapat terakhir itulah yang penulis cendrungi.
Dari pendapat terakhir tersebut, janda yang punya keutamaan untuk disantuni adalah janda yang ditinggal mati suami atau janda yang diceraikan.
Dan sulit untuk menanggung nafkah untuk keluarga. Adapun janda kaya, tidak termasuk di dalamnya.
Keutamaan Menikahi Janda yang Ditinggal Mati Suami dan Memiliki Anak Yatim
Kita tahu bersama bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya.
Anak seperti inilah yang dikatakan yatim dan punya keutamaan untuk ditolong karena menanggung nafkahnya yaitu ayahnya sudah tiada.
Jika ada yang menikahi janda karena ingin menolong anaknya, maka ia akan dapat keutamaan besar menyantuni anak yatim.
Dari Sahl ibnu Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا » . وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى ، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini.” [Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, namun beliau regangkan antara keduanya]. (HR. Bukhari no. 5304).
Menikahi Janda atau kah Gadis?
Walau memang menikahi gadis ada keutamaannya.
Namun menikahi janda tidak boleh dipandang sebelah mata.
Bahkan ada pria yang membutuhkan janda dibanding gadis.
Semisal seorang pria ingin mencari wanita yang lebih dewasa darinya sehingga bisa mengurus adik-adiknya. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia pernah berkata,
تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً فِى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَقِيتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « يَا جَابِرُ تَزَوَّجْتَ ». قُلْتُ نَعَمْ. قَالَ « بِكْرٌ أَمْ ثَيِّبٌ ». قُلْتُ ثَيِّبٌ. قَالَ « فَهَلاَّ بِكْرًا تُلاَعِبُهَا ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِى أَخَوَاتٍ فَخَشِيتُ أَنْ تَدْخُلَ بَيْنِى وَبَيْنَهُنَّ. قَالَ « فَذَاكَ إِذًا. إِنَّ الْمَرْأَةَ تُنْكَحُ عَلَى دِينِهَا وَمَالِهَا وَجَمَالِهَا فَعَلَيْكَ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ »
“Aku pernah menikahi seorang wanita di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu aku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pun bertanya, “Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Ia menjawab, “Iya sudah.” “Yang kau nikahi gadis ataukah janda?”, tanya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun menjawab, “Janda.” Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kenapa engkau tidak menikahi gadis saja, bukankah engkau bisa bersenang-senang dengannya?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki beberapa saudara perempuan. Aku khawatir jika menikahi gadis malah nanti ia sibuk bermain dengan saudara-saudara perempuanku. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu berarti alasanmu. Ingatlah, wanita itu dinikahi karena seseorang memandang agama, harta, dan kecantikannya. Pilihlah yang baik agamanya, engkau pasti menuai keberuntungan.” (HR. Muslim no. 715)
Menikah dengan janda memanglah dibutuhkan kesiapan ekstra, tidak cuma materi namun sikap dewasa harus lebih tinggi.
Termasuk jangan pernah mengungkit waktu lalu seorang janda karena itu bisa menyebabkan dia merasa bersedih dan terpukul.
Sebagai seorang lelaki yang memiliki kemauan menikah dengan janda memang sudah tekad untuk menghapus waktu.
Lalu janda itu jadi andalah yang terakhir dicintainya dan kamulah yang memilikinya sekarang ini hingga akhir hayat Insya Allah.
Walau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam merekomendasikan sebagian pria untuk lebih memprioritaskan gadis untuk dinikahi.
Tidaklah bermakna beliau melarang seseorang pria menikah dengan janda.
Bukankah istri beliau juga janda?
Nah, untuk anda sebagian pria yang belum menikah, jangan sampai cuma saksikan gadis terus-terusan, janda juga menghadirkan banyak barokah dan pahala tentunya.
Berikut ini keuntungan didapat dengan menikah dengan janda :
1. Anugerah
Mungkin saja saja saja saja memang agak berat perasaan mengemukakan janda yakni anugerah.
Lewat langkah sebagian orang pasti beranggapan janda yakni satu musibah, janda yakni hukum karma dan lain sebagainya.
Baca Juga ; Bolehkah Bertanya Rahasia Masa Lalu Calon Pasangan Sebelum Menikah?
Tetapi tidak Janda seperti itu, ada juga janda yang memang peroleh ujian dari ALLAH Swt.
Sisi dari cobaan iman dan segi dari memberi kedekatan dengan ALLAH SWT.
Jadi janda tidak sepenuhnya musibah, janda juga yaitu anugerah, takdir serta gelar yang didapat ALLAH SWT.
2. Segi dari meneladani rasul
Tentu sudah jelas jika cerita Rasulullah, beliau juga menikah dengan janda.
Bila ini disangka sebagai kebaikan, tentu menikah dengan seorang janda berpahala untuk kita juga, Insya ALLAH.
3. Janda lebih berpengalaman
Tentu bila seorang yang bergelar janda, berarti orang itu sudah menikah dan mempunyai pengalaman dalam pernikahan.
Manis, asam dan pahitnya rumah tangga sudah ia rasakan.
Tentang ini bisa yang buat seorang janda akan banyak belajar dari pernikahan lebih dahulu.
Ia makin lebih siaga dalam hadapi persoalan rumah tangga.
4. Janda memiliki semangat baru
Bila dalam pernikahan lebih dahulu ia telah gagal, berarti ia akan merasa sukai dan mempunyai semangat baru dalam pernikahan waktu lalu.
Rasanya ia memiliki daya yang baru, seperti baterai full yang siap pakai.
Bukan hanya itu saja, janda bakal memiliki pengalaman dalam hal mengurus anak.
Mengurus rumah dan paling penting bagaimana langkahnya mengasyikkan suaminya.
5. Janda akan lebih dewasa
Memang dewasa tidak bisa diukur dari usianya, tidak bisa dilihat dari berapakah lama ia berumah tangga.
Tetapi dewasa bisa dilihat dari tingkah laku dan pengalamannya. Lewat langkah janda memiliki pengalaman, pasti ia tumbuh bijak dan lebih lebih dewasa dalam menanggapi semua sikap.
6. Memelihara anak yatim
Kita kenali bersamaan bila anak yatim yakni anak yang ditinggal mati ayahnya.
Anak sebagai berikut yang dijelaskan yatim dan mempunyai keutamaan untuk ditolong karena menanggung nafkahnya yaitu ayahnya sudah tak ada.
Apabila ada yang menikah dengan janda karena inginkan menolong anaknya, jadi ia bakal keutamaan besar menyantuni anak yatim.
Dari Sahl ibnu Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, yang bermakna :
“Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di surga seperti ini. ”Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, namun beliau regangkan pada keduanya. (HR. Bukhari no. 5304).