Medianda - Coba baca dulu kisah ini disebutkan kejadian nyata yang
terjadi di masa Ibnu Hajar Al-Asqalani dan pada masa sebelum beliau, sama-sama
dulu pernah terjadi wabah. Namun salah dalam penyikapan karena berbuat hal yang
tidak diizinkan dalam agama.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menceritakan dalam
Badzlu Al-Maa’uun fii Fadhli Ath-Thaa’uun (hlm. 329), “Aku coba ceritakan,
telah terjadi di masa kami ketika terjadi wabah ath-tha’un di Kairo pada 27
Rabiul Akhir 833 Hijriyah. Awalnya baru jatuh korban meninggal di bawah empat
puluh. Kemudian orang-orang pada keluar menuju tanah lapang pada 4 Jumadal Ula,
setelah sebelumnya orang-orang diajak untuk berpuasa tiga hari sebagaimana
dilakukan untuk shalat istisqa’ (shalat minta hujan). Mereka semua berkumpul,
mereka berdoa, kemudian mereka berdiri, dalam durasi satu jam lalu mereka
pulang. Setelah acara itu selesai, berubahlah korban yang meninggal dunia
menjadi 1.000 orang di Kairo setiap hari. Kemudian jumlah yang jatuh korban pun
terus bertambah.”
Di halaman sebelumnya, Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah
mengatakan, “Adapun kumpul-kumpul (untuk mengatasi wabah) sebagaimana
dilakukan, maka seperti itu termasuk bidah. Hal ini pernah terjadi saat wabah
ath-tha’un yang begitu dahsyat pada tahun 749 Hijriyah di Damaskus. Aku
membacanya dalam Juz Al-Munbijy setelah ia mengingkari pada orang yang
mengumpulkan khalayak ramai di suatu tempat. Di situ mereka berdoa, mereka
berteriak keras. Ini terjadi pada tahun 764 H, ketika itu juga tersebar wabah
ath-tha’un di Damaskus. Ada yang menyebutkan bahwa hal itu terjadi pada tahun
749 H, di mana orang-orang keluar ke tanah lapang, masa jumlah banyak ketika
itu keluar di negeri tersebut, lantas mereka beristighatsah (minta dihilangkan
bala). Ternyata setelah itu wabah tadi makin menyebar dan makin jatuh banyak
korban, padahal sebelumnya korban tidak begitu banyak.”
Pelajaran penting:
segala sesuatu berdasarkan ilmu, bukan berdasarkan semangat.
kadang maslahat kemanusiaan lebih didahulukan dari maslahat
keagamaan.
harusnya yang ditimbang-timbang dalam ibadah adalah kaidah:
دَرْأُ المَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ المَصَالِحِ
“Menolak bahaya lebih didahulukan daripada meraih maslahat.”
Renungkanlah Wahai Saudaraku :
Maka silakan Anda timbang-timbang yang sama-sama terjadi di
negeri lain bahkan di negeri kita sendiri ada yang karena kebodohan dan salah
strategi. Ada juga amalan khurafat yang diamalkan masyarakat.
- Di Malaysia, jumlah korban terinfeksi corona bertambah drastis dalam sehari gegara ulah jamaah yang mengundang ribuan orang dari berbagai negara untuk berkumpul. Jamaah ini juga nyaris membuat hal yang sama dengan mengadakan ijtimak dunia di Gowa, Sulawesi Selatan.
- Di Iran, virus corona makin menyebar karena pengkultusan kaum syiah dengan mencium kuburan orang-orang saleh mereka.
- Di Korea Selatan, virus corona makin menyebar karena ada satu pasien positif corona yang tidak mengindahkan keadaannya lalu menyebarkan virus pada saat misa gereja.
- Ada lagi seorang tokoh panutan menyarankan makan bawang ditambah shalawat 1616 kali untuk mencegah wabah.
- Ada juga yang meyakini dengan memajang foto seorang tokoh, wabah akan sulit masuk dalam rumah.
- Ada lagi ritual tolak bala dengan mengumpulkan masa dalam jumlah besar di beberapa daerah di negeri kita.
Maka cerdaslah dalam beragama dalam menyikapi wabah. Demikianlah, Semoga dapat menginspirasi
Sumber : rumaysho.com