MediandaTerkini
– Sahabat medianda terkini berbuat baik kepada kedua orang tua adalah merupakan
kewajiban setiap anak. Sebab tidak ada seorang anak pun yang mampu membalan
kebaikan orang tua khususnya seorang ibu meski ia sudah berbuat baik kepada
ibunya kecuali hal ini. Seperti kisah ini. Suatu ketika, Abdullah Bin Umar,
putra dari Amirul Mu’minin, Umar bin Al Khattab (Manusia yang paling ditakuti
setan) melihat seseorang yang sedang menggendong ibunya sambil thawaf
mengelilingi Ka’bah.
Orang
tersebut lantas berkata kepadanya, “Wahai Abdullah Bin Umar, menurut pendapatmu
apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?”
Menggendong Ibu Ketika
Haji
Abdullah
Bin Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika
melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan
balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.” (Kitab
al-Kabair karya adz-Dzahabi).
Kisah
di atas memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa setiap anak tidak akan
dapat membalas jasa orang tuanya, kecuali ia menemukan orang tuanya sebagai
budak, lalu dibeli dan dimerdekakan. (HR Muslim).
Dalam
hadist lain, “Berbuat baik kepada kedua orang tua itu lebih utama daripada
shalat, sedekah, puasa, haji, umrah, dan berjihad di jalan Allah.” (HR
Thabrani).
Apakah
masih ada kewajiban berbuat baik kepada orang tua setelah keduanya wafat? Sabda
Nabi SAW, “Masih, yaitu mendoakannya, memohonkan ampunan untuknya, menunaikan
janjinya, memuliakan temannya, dan menyambung hubungan kerabat yang tidak
tersambung kecuali dengannya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan al-Hakim).
Sahabat
medianda terkini sejarah mencatat, banyak orang hebat yang lahir dari seorang
ibu yang juga hebat. Kita tidak akan dapat menjadi hebat seperti sekarang tanpa
sentuhan darinya. Maka, tak berlebihan jika ada ungkapan, Al-Jannatu tahta
aqdami al-ummahat”, surga berada di bawah telapak kaki ibu.
Karena
itu, ketika seorang laki-laki berhijrah dari Yaman kepada Nabi SAW dan ingin
berjihad. Kemudian, Nabi SAW bertanya, “Apakah diYaman masih ada kedua orang
tuamu?”
“Masih
ya Rasulullah” jawab laki-laki itu.
Nabi
SAW bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan mintalah izin darinya.
Jika keduanya memberi izin maka engkau boleh berjihad dan jika keduanya tidak
mengizinkan maka berbuat baiklah kepadanya, karena hal itu merupakan sesuatu
yang paling baik yang engkau bawa untuk bertemu dengan Allah setelah tauhid.”
(HR Ahmad dan Ibnu Hibban).
Lalu,
datang laki-laki lain kepada Nabi SAW meminta baiat untuk berangkat hijrah. Ia
berkata, “Aku datang kepadamu, sehingga membuat kedua orang tuaku menangis.”
Kemudian
Nabi SAW bersabda, “Kembalilah kepada keduanya dan buatlah keduanya tertawa,
sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (HR Abu Dawud, Nasa’i, dan
al-Hakim).
Ibu
memiliki peran yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Dialah yang mencetak
generasi unggul.
Maka,
tidaklah berlebihan jika seorang penyair mengungkapkan, Al-Ummu madrasatun, in
a’dadtahaa a’dadta sya’ban thayyiba al-a’raaqi. Ibu itu laksana sebuah sekolah,
apabila kamu persiapkan dengan baik, berarti kamu telah mempersiapkan suatu
bangsa dengan dasar yang baik.
Dalam
hadis lain, Rasul SAW menempatkan ibu sebagai orang yang paling utama untuk
dihormati. Beliau memerintahkan umatnya untuk senantiasa memuliakan ibunya,
kemudian menyayangi ibunya. Setelah itu, barulah bapak. Wallahu a’lam.
Semoga
bermanfaat.
Sumber:kabarmakkah.com