MediandaTerkini – Sahabat medianda terkini
Ingatlah bahwa setiap orangtua sudah pasti pernah jadi anak sedangkan anak
belum pernah jadi orangtua. Artinya apa? Segala macam hal yang kita alami
selama menjadi anak-anak seharusnya bisa membuat kita jadi lebih baik dan bijak
saat menjadi orangtua.
Dibandingkan dengan saudara dan anak tetangga
itu tidak enak walaupun maksudnya baik yakni untuk memacu semangat, that's why
saat jadi orangtua kita jadi berusaha untuk tidak membanding-bandingkan anak.
Masih ada sejuta cara untuk memotivasi anak menjadi lebih baik selain
membanding-bandingkan. Ini misalnya.
Atau, dulu Ayah selalu dengerin kita cerita.
Padahal ternyata cerita kita itu sepele banget. Namun Ayah rela nahan rasa kantuknya
dan merasa bahwa cerita kita itu amazing. Di situ kita merasa sangat dianggap
istimewa sebagai anak. Jadi, bagaimana mungkin kita tidak sayang sama Ayah lha
wong beliau luar biasa banget, perhatian banget, membuat kita percaya diri.
Semoga kelak saat sudah jadi orangtua, kita bisa meneladani sang ayah. Ini
misalnya juga.
Dari pengalaman-pengalaman sederhana sebagai
anak sebenarnya setiap orang sudah mempunyai bekal untuk bisa jadi orangtua
yang lebih baik. Hal-hal yang baik tetap dipertahankan sedangkan hal-hal yang
kurang baik karena ketidaktahuan dan ketidaksengajaan ya tidak dilakukan.
Sahabat medianda terkini adapun beberapa poin
lain yang perlu diperhatikan dalam rangka menjadi orangtua yang lebih baik
yaitu:
1. Anak adalah amanah (subjek), bukan "alat" (objek)
Poin penting memotivasi dan mengajari anak
bukan agar mereka bisa membanggakan orangtua atau "dilihat" tetangga
"Ihh, anakmu kok pinterr" atau alat pembuktian "Dulu mama papa
diremehin karena tidak bisa ke Planet Mars, maka Kamu sekarang harus
bisa!"
Alasan tersebut seolah menjadikan anak
sebagai tameng atau alat balas dendam. Apapun yang terjadi di masa lalu dengan
orangtua ya si anak memang harus jadi orang sukses dunia akhirat sebab dengan
begitu dia bisa menolong banyak orang dan berkontribusi pada peradaban.
Sekarang bagaimana bisa seseorang memberikan sesuatu yang bermanfaat pada
sekitar jika dirinya sendiri tidak kuat/sukses.
Sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak
manfaatnya buat orang lain. Maka, tidak ada alasan lain untuk tidak sukses.
Harus berdaya dan mandiri. Beda cara memotivasi dan mengajari, beda dampak.
2. Jangan membanding-bandingkan anak karena kita pun tidak mau
dibanding-bandingkan.
"Tahu gak, tetangga sebelah udah hafal
20 juz. Seusia Kamu juga,"
"Tahu enggak Ma Pa, orangtuanya temanku
jadi ustadz & ustadzah terkenal se-Indonesia. Seusia Mama Papa juga
sih," gimana? Enggak enak kan rasanya? Maka, sebaiknya kita tidak
melakukan hal tersebut pada anak-anak kita.
3. Meski masih kecil, anak juga punya harga diri. Jangan memarahi dan
membentak anak di depan orang karena kita pun dulu saat masih menjadi anak-anak
biasanya menangis atau terluka sekali saat dimarahi di depan umum.
4. Ada kalanya pasangan suami istri berantem. Jika itu terjadi, jangan
lakukan di depan anak, apalagi jika sifat bertengkarnya sangat ekstrim dan
tidak layak dilihat anak-anak. Sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa
akan selalu ada efek samping negatif saat orangtua hobi bertengkar di depan
anak.
5. Bagaimana jika kepergok bertengkar? Usahakan untuk menjelaskan dengan
lembut bahwa ada kalanya manusia itu berkonflik, tapi bukan berarti saling
membenci. Dan besok-besok, kita harus berjanji dalam hati untuk tidak
mengulanginya lagi (bertengkar di depan anak)
6. Cintai anak apa adanya. Jangan cuma dianggap atau didengarkan
pendapatnya ketika dia sudah jadi "seseorang". Jika kita sebagai
manusia normal ingin dicintai apa adanya oleh pasangan, pun anak.
Kita pasti sedih jika ternyata pasangan hanya
mencintai karena sesuatu (karena kita kaya atau punya jabatan misalnya). Begitu
pun anak yang notabene manusia yang punya perasaan.
Setiap anak unik dan istimewa. Mencintai apa
adanya dan menerima proses belajar serta tumbuh kembangnya akan membuat anak
merasa berarti. Sebagai anak, kita dulu merasa bahagia bukan jika diperlakukan
seperti itu? Dan biasanya kita justru semakin ingin memberikan yang terbaik
dari hati, bukan karena dipaksa atau sekadar kewajiban semata.
7. "Pa Ma aku maunya jadi pengusaha sukses gak mau jadi pegawai
perusahaan ternama seperti Papa."
Semoga kita bisa menghargai keputusan anak
yang ingin mengambil jalur sukses berbeda dengan orangtuanya. Tentu dengan kita
berikan semangat bahwa setiap pilihan ada konsekuensi jadi harus bertanggung
jawab dengan hal itu.
8. Jika anak cerita apa saja kepada kita orangtuanya, berbahagialah.
Karena itu artinya dia percaya. Mending cerita ke orangtuanya daripada ke pihak
lain.
Bagi kita orang dewasa cerita mereka mungkin
sederhana, tapi bagi anak-anak cerita mereka luar biasa.
Kita pun dulu merasa sangat bahagia bukan
jika orangtua menyimak cerita-cerita kita? Pun sebaliknya.
9. Jangan berkata, "Kalau orangtua pasti sayang sama anak. Kalau
anak belum tentu," karena hal itu akan sangat menyakitkan. Kita pun dulu
merasa terluka jika orangtua berkata begitu. Lalu, kenapa kita teruskan
penanaman luka tersebut?
Dan tahukah, sebenarnya dengan berkata
demikian kita secara tidak sadar sedang memberitahukan anak bahwa dulu ketika
masih jadi anak-anak kita tidak sayang dengan orangtua. Nah. Anak sekarang
kritis-kritis lhoh.
Dan lagi, bukan seperti itu cara agar anak
sayang dengan orangtua. Bukan dengan didoktrin atau ditakut-takuti apalagi
diancam dan dituduh.
Sebenarnya, masih ada baanyaakk lagi
poin-poin penting yang bisa ditambahkan & harus kita perhatikan.
Sahabat medianda terkini semoga kita bisa
jadi orangtua yang lebih baik daripada generasi pendahulu demi peradaban yang
juga lebih baik. Karena generasi sekarang harus lebih baik daripada generasi
masa lalu dan generasi masa depan harus lebih baik daripada generasi sekarang.
Semoga bermanfaat.
Sumber:Ummi-online