Medianda - Apakah kalau kita di rumah seperti saat ini, kita bisa
mendapatkan, Ya jelas kita bisa mendapatkannya walaupun dirumah.
Perlu dipahami, para ulama salaf berpendapat bahwa keutamaan
lailatul qadar itu akan diperoleh oleh setiap muslim yang diterimanya amalnya
di malam tersebut.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaif Al-Ma’arif (hlm. 341)
membawakan hadits dalam musnad Imam Ahmad, sunan An-Nasai, dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih
baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan
diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An-Nasai, no. 2108. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini sahih).
Bahkan sampai musafir dan wanita haidh pun bisa mendapatkan
malam lailatul qadar.
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada
Adh-Dhahak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir, dan
orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa
mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh-Dhahak pun menjawab, “Iya, mereka
tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan
mendapatkan bagian malam tersebut.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 341)
Ibnu Rajab rahimahullah menasehatkan, “Wahai saudaraku …
Yang terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung
pada kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha
keras badan. Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak
mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat
tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir
kepada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah
dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm.
341)
Kesimpulan paling penting dari penjelasan di atas, malam
lailatul qadar tidak disyaratkan iktikaf di masjid atau untuk mendapatkannya
dengan beribadah di masjid. Orang yang beribadah di rumah pun masih bisa
mendapatkan lailatul qadar. Itulah karunia Allah.
Apakah untuk mendapatkan lailatul qadar harus begadang semalam
suntuk?
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar
adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh
malam.
Ada ulama yang mengatakan bahwa menghidupkannya bisa hanya
sesaat.
Sebagaimana dinukil oleh Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari
sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,
أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ
“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat
Isya’ berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara
berjamaah.”
Dikatakan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnul Musayyib
menyatakan,
مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا
“Siapa yang menghadiri shalat berjama’ah pada malam Lailatul
Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar
tersebut.”
Dalam perkataan Imam Syafii yang qadim (yang lama) disebutkan,
مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh pada
malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.”
Semua perkataan di atas diambil dari Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 329.
Apa yang dikatakan oleh Imam Syafii dan ulama lainnya di
atas sejalan dengan hadits dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya
pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh
berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim, no. 656 dan
Tirmidzi, no. 221).
Kesimpulannya, cukup memperbanyak ibadah di rumah, kita
mendapatkan keutamaan lailatul qadar, tidak disyaratkan harus begadang semalam
suntuk. Wallahu a’lam.
sumber : rumaysho.com