Medianda - Setelah segala ampunan dan pahala yang
berlipat ganda telah diberikan Allah bagi hambaNya di bulan Ramadhan, kini
datanglah bulan yang baru. Namun nyatanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Baik.
Kasih sayang dan rahmatNya begitu besar.
Allah jadikan bulan yang lainnya tak kalah luas sebagai
ladang pahala, salah satunya bulan Syawal. Allah berikan keistimewaan bagi
siapa saja yang mau berpuasa di bulan Syawal.
Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia
ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama
setahun.” (HR. Muslim)
Melihat keistimewaan yang begitu besar pada puasa Syawal
membuat umat muslim giat untuk kembali berpuasa, walaupun pada dasarnya
berpuasa di bulan Syawal hukumnya adalah sunnah. Bahkan banyak pula yang
mendahulukan Puasa Syawal dibandingkan puasa qadha ramadhan yang hukumnya
wajib.
Lalu bagaimana hukum mendahulukan puasa syawal ketimbang
qadha ?
Dalam penjelasan Ustadz Muhammad Najihun.S.Th.I, hal ini
terdapat perbedaan pendapat pada mayoritas ulama. Menurut, Guru Besar Fikih
Universitas Qassim Arab Saudi Khalid bin Abdullah al-Mushlih mengatakan, lebih
baik mendahulukan qadha puasa Ramadhan sebelum berpuasa sunah Syawal. Terdapat
perbedaan juga di antara beberapa mazhab seperti berikut.
Pada Mazhab Hanafi dikatakan, qadha puasa tidak mesti
dibayar secara langsung seusai Ramadhan. Waktu pelaksanaannya cukup luas.
Pada Mazhab Maliki dan Syafi'i, kebolehan tersebut tidak
berlaku mutlak. Ada unsur makruh disana.
Ini dikarenakan berpuasa sunah Syawal berdampak pada
kesibukan menjalankan ibadah sunah sementara puasa qadha yang hukumnya wajib
menjadi tertunda.
Pada Mazhab Hambali, haram hukumnya berpuasa sunah Syawal
sementera ketika itu ia belum membayar puasa Ramadhan yang terlewat.
Kemudian, bagaimana hukum menggabungkan niat antara puasa
sunnah dan qadha?
Terdapat beberapa pendapat dalam menanggapi hal ini.
Pendapat pertama, dikatakan tidak boleh menggabungkan niat puasa qadha dengan
puasa sunah lainnya. Sebagaimana tidak boleh menggabungkan niat ketika puasa
ramadhan dengan puasa sunah lainnya. Sesuai Fatawa Syabakah Islamiyah,
”Orang yang melaksanakan puasa wajib, baik qadha ramadhan,
puasa kaffarah, atau puasa lainnya, tidak sah untuk digabungkan niatnya dengan
puasa sunah. Karena masing-masing, baik puasa wajib maupun puasa sunah,
keduanya adalah ibadah yang harus dikerjakan sendiri-sendiri. Dan puasa sunah
bukan turunan dari puasa wajib. Sehingga tidak boleh digabungkan niatnya.”
Pendapat kedua, merujuk pada Imam Ibnu Utsaimin, dikatakan
boleh menggabungkan niat puasa sunah dan puasa wajib, selama puasa sunah itu
tidak memiliki kaitan dengan puasa wajib.
Orang yang melakukan puasa hari arafah, atau puasa hari
asyura, dan dia punya tanggungan qadha ramadhan, maka puasanya sah. Dan jika
dia meniatkan puasa pada hari itu sekaligus qadha ramadhan, maka dia
mendapatkan dua pahala: Pahala puasa arafah, atau pahala puasa Asyura, dan
Pahala puasa qadha. Ini untuk puasa sunah mutlak, yang tidak ada hubungannya
dengan ramadhan.”
Demikianlah penjelasannya, semoga kita selalu Istiqomah di jalan Allah. Aamiin
Wallahu a’lam
Sumber : Muslimahdaily.com