MediandaTerkini – Apakah menelan ludah kembali ketika
berpuasa itu membatalkan puasa ? jawabannya menelan ludah TIDAK Membatalkan
puasa. Hal ini katakan oleh imam An-Nawawi sebagai ijma’ (kesepakatan ulama),
beliau berkata,
ابتلاع الريق لا يفطر بالإجماع
“Menelan air ludah tidak
membatalkan puasa secara ijma’”
Tidak bisa diipungkiri bahwa menahan diri agar tidak menelan
air ludah adalah hal yang sulit karena terkadang manusia otomatis menelan ludah
mereka. Dan agama Islam tidaklah diturunkan untuk memberatkan manusia. Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (Al-Hajj
:78)
Allah Ta’ala juga berfirman,
يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,
وما لا يمكن التحرز منه كابتلاع الريق لا يفطر، لأن اتقاء ذلك يشق
“Apa yang tidak mungkin menjaga
diri darinya misalnya menelan ludah maka tidak membatalkan puasa, karena
menjaga hal ini bisa memberatkan”
Demikian juga fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,
ابتلاع الصائم ريقه لا يفسد صومه ولو كثر ذلك وتتابع في المسجد وغيره، ولكن إذا كان بلغما غليظا كالنخاعة فلا تبلعه، بل أبصقه في منديل ونحوه إذا كنت في المسجد.
Menelan ludah tidak membatalkan puasa, meskipun banyak atau
sering dilakukan ketika di masjid dan tempat-tempat lainnya. Akan tetapi, jika
berupa dahak yang kental maka sebaiknya tidak ditelan, tetapi keluarkan
(diludahkan) di saputangan atau sejenisnya (tissue) jika di masjid.
Menelan Dahak Ketika Berpuasa
Adapun menelan dahak, maka diperselisihkan dan yang terkuat
adalah TIDAK membatalkan puasa.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utasimin rahimahullah
berkata,
البلغم أو النخامة إذا لم تصل إلى الفم فإنها لا تفطر، قولاً واحداً في المذهب، فإن وصلت إلى الفم ثم ابتلعها ففيه قولان لأهل العلم:
منهم من قال: إنها تفطر، إلحاقاً لها بالأكل والشرب
ومنهم من قال: لا تفطر، إلحاقاً لها بالريق، فإن الريق لا يبطل به الصوم، حتى لو جمع ريقه وبلعه، فإن صومه لا يفسد.
وإذا اختلف العلماء فالمرجع الكتاب والسنة، وإذا شككنا في هذا الأمر هل يفسد العبادة أو لا يفسدها؟ فالأصل عدم الإفساد وبناء على ذلك يكون بلع النخامة لا يفطر.
والمهم أن يدع الإنسان النخامة ولا يحاول أن يجذبها إلى فمه من أسفل حلقه، ولكن إذا خرجت إلى الفم فليخرجها، سواء كان صائماً أم غير صائم، أما التفطير فيحتاج إلى دليل يكون حجة للإنسان أمام الله عز وجل في إفساد الصوم.
Menelan dadak, jika belum sampai ke mulut maka tidak
membatalkan puasa. Ulama madzhab hambali sepakat dalam hal ini. Namun jika
sudah sampai ke mulut, kemudian dia telan, dalam hal ini ada dua pendapat
ulama.
Pertama: Itu membatalkan puasa, karena disamakan dengan
makan dan minum.
Kedua: Tidak membatalkan puasa, karena disamakan dengan
ludah. Karena ludah tidak membatalkan puasa. Bahkan andaikan ada orang yang
mengumpulkan ludahnya kemudian dia telan maka puasanya tidak batal.
Sikap yang tepat, ketika terjadi perselisihan ulama,
kembalikan kepada al-Quran dan sunnah. Jika kita ragu dalam suatu hal, apakah
termasuk pembatal ibadah ataukah tidak, hukum asalnya adalah tidak membatalkan
ibadah. Berdasarkan hal ini, menelan dahak tidak membatalkan puasa.
Yang terpenting, hendaknya seseorang tidak menelan dahak dan
tidak berusaha mengeluarkannya dari mulutnya ketika berada di tenggorokan.
Namun jika sudah sampai mulut, hendaknya dia membuangnya.
Baik ketika sedang puasa atau tidak lagi puasa. Adapun,
keterangan ini bisa membatalkan puasa, maka keterangan ini butuh dalil.
Sehingga bisa menjadi pegangan seseorang di hadapan Allah bahwa ini termasuk
pembatal puasa.
Demikian ulasannya, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
Sumber: muslimafiyah.com