MediandaTerkini – Status kehalalan bagi umat islam adalah
suatu keharusan, Terutama dalam hal makanan. “Hai sekalian manusia! Makanlah
yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah: 168)
Penyembelihan ternak (halal) merupakan metode yang baik
dalam menyediakan daging higienis kepada konsumen. Ini merupakan hasil
penelitian yang dilakukan Profesor Schultz dan rekannya Dr.Hazim dari
Universitas Hanover, Jerman, tentang metode penyembelihan hewan dan
cara-caranya yang pantas.
Banyak tuduhan telah dibuat bahwa tindakan penyembelihan
cara Islam merupakan tindakan tidak menghormati hewan. Namun, Profesor Schultz
dan rekannya Dr Hazim melalui eksperimennya, yang menggunakan
Electroencephalogram (EEG – alat yang mencatat aktivitas listrik otak) dan
Electrocardiogram (EKG – alat yang mencatat gelombang listrik yang dihasilkan
oleh detak jantung) bahwa: 1.
Cara penyembelihan Islam merupakan metode manusiawi; dan, 2.
Captive bolt stunning, yakni metode Barat berupa tembakan untuk membuat pingsan
binatang (yang semestinya dimaksudkan agar tidak menimbulkan rasa sakit pada
binatang saat disembelih), justru dapat menyebabkan rasa sakit parah pada
hewan.
Rincian eksperimentalnya sebagai berikut. Beberapa elektroda
ditanamkan di berbagai titik di kerangka semua hewan melalui operasi, serta
juga diletakkan di permukaan otak. Hewan-hewan itu kemudian dipulihkan selama
beberapa minggu.
Beberapa hewan kemudian disembelih dengan cara yang cepat,
dilakukan sayatan mendalam dengan pisau tajam di leher, dengan memotong vena
jugularis dan arteri karotid di dua sisi, juga di trakea dan esofagus,
sebagaimana metode halal.
Sementara beberapa hewan lainnya menggunakan metode captive
bolt stunning. EEG dan ECG kemudian digunakan pada semua hewan untuk merekam
kondisi otak dan jantung saat dilakukan penyembelihan cara halal dan penembakan
pemingsanan cara Barat.
Hasil yang didapatkan dari penyembelihan cara Islam: Tiga
detik pertama saat dilakukan penyembelihan Islam –yang tercatat pada EEG– tidak
menunjukkan perubahan dari grafik sebelum disembelih, yang mengindikasikan
bahwa hewan tersebut tidak merasa sakit selama atau beberapa saat setelah
insisi.
Selama 3 detik berikutnya, EEG mencatat kondisi ‘tidur
nyenyak’ –tidak sadar. Hal ini disebabkan darah yang memancar keluar dari tubuh
dalam jumlah besar. Setelah fase-fase selama 6 detik tersebut, EEG mencatat
level nol, menunjukkan binatang tidak lagi merasakan sakit sama sekali.
Saat pesan menuju otak (EEG) turun ke level nol, jantung
masih berdebar dan tubuh masih kejang-kejang keras sebagai tindakan refleks
sumsum tulang belakang, untuk mendorong darah keluar maksimal dari tubuh,
sehingga daging menjadi higienis bagi konsumen.
Untuk ini kita dapat mendalami hadist dari Al Syaddad Bin
Aus r.a mengutip dari Nabi (shallallahu ‘alayhi wasallam), “Allah memerintahkan
untuk melakukan kasih sayang kepada segala hal, maka berkasihsayanglah jika
kalian membunuh dan jika kalian menyembelih.” Semoga bermanfaat
Sumber: hidayatullah.com