MediandaTerkini - Memasuki usia 3 tahun, seorang anak akan
memiliki kemampuan baru yang sedikit banyak akan memusingkan para orangtua. Di
usia ini ia sudah mulai bisa memilih apa yang disukai dan tidak disukainya,
termasuk dalam urusan mainan, pakaian sampai pada perkataan yang Anda sampaikan
padanya.
Jika sudah seperti ini, rumah akan berubah menjadi arena
pertempuran antara orang tua dan anak. Ia bisa dengan mudah menolak atau bahkan
pura-pura tidak mendengar apa yang Anda katakan jika ia tidak menginginkannya.
Contoh kecilnya, ketika hari sudah larut Anda mulai memintanya
untuk merapikan mainan dan bersiap tidur. Jika dalam bayangan Anda si kecil
akan langsung menuruti perkataan Anda, mulai usia 3 tahun ini akan jarang
terjadi. Faktanya Anda harus memaksanya melepaskan mainan atau bahkan
mengejarnya untuk menuruti perkataan Anda. Semakin keras memaksa, akan semakin
keras pula si kecil menolak.
Mengapa demikian? Ternyata ada komponen yang Anda lewatkan
terutama dalam hal memilih kata yang dapat membuat ikatan antara Anda dan
anak. Bagaimana membangun ikatan ketika
anak mulai “berperang” melawan Anda.
Seperti yang dilansir dari ParentingINA, berikut ini 5 kata
yang dapat membantu orang tua membangun ikatan dan membuat anak mau
mendengarkan perkataan Anda:
1. "Kamu mau, kamu bisa..."
Contoh:
Ketika anak lebih memilih bermain dari pada tidur.
Yang harus Anda lakukan:
Dekati dia dan katakan “Kalau kamu mau bermain sepanjang
malam kamu bisa, tapi nanti kamu tidak akan punya waktu untuk tidur”
Saat Anda mendekatinya, maka terjalinlah ikatan yang membuat
Anda dan si kecil saling mengerti. Ia akan tahu konsekuensi yang ia dapatkan
jika memilih terus bermain sepanjang malam. Dengan mengatakan “Kamu berharap
kamu bisa……..” membuat si kecil mau mendengarkan Anda melalui pemahaman dan
alasan yang Anda berikan.
2. "Ini berat untukmu…."
Contoh:
Ketika anak tidak mau pergi ke sekolah.
Yang harus Anda lakukan:
Berusahalah untuk memberikan empati pada hal yang diinginkan
si kecil dengan mengatakan “Mama tahu ini berat untuk kamu. Kamu tidak ingin
pergi sekolah karena sedang ingin bersama Mama seharian. Menyebalkan ya kalau
ada hal yang tidak sesuai keinginanmu”.
Mendengar perkataan Anda, si kecil akan mulai luluh dan
memutuskan untuk pergi sekolah meski dengan wajah cemberut. Dengan mengatakan
hal itu pula Anda akan terhindar dari “drama” pagi hari.
3. "Lakukan apa yang kamu mau"
Contohnya:
Ketika upaya Anda menyuruh anak tidak berhasil dan justru ia
malah menangis sejadinya.
Yang harus Anda lakukan:
Biarkan ia melakukan hal yang diinginkannya dan katakan
“Tidak apa-apa kalau tidak mau tidur, tapi coba tenangkan diri kamu. Kamu boleh
melakukan apa yang kamu mau yang asal setelahnya kamu bisa tidur”
Cara ini akan berhasil terutama saat anak selesai tantrum.
Bantu si kecil setiap kali ia mencoba mengendalikan dirinya dengan menyuruhnya
tarik napas dalam-dalam.
4. "Kamu bisa atasi ini!"
Contoh:
Saat Anda menjemput si kecil di sekolah dan melihat ekpresi
wajahnya sangat berbeda dengan pagi hari, kini ia sudah ceria.
Yang harus Anda lakukan:
Jangan lantas diam karena mood si kecil sudah kembali
membaik, tapi cobalah menambah semangatnya sekolah esok hari dengan katakana,
“Nah, kamu bisa atasi ini kan? Tadi pagi kamu cemberut, tidak mau sekolah, tapi
sekarang Mama lihat kamu sangat ceria. Mama tahu seberat apapun masalah yang
kamu punya kamu pasti bisa menghadapinya.”
Perhatian dan perkatan yang Anda berikan akan membuat si
kecil lebih percaya diri jka suatu hari permasalahan yang sama kembali
terulang.
5. "Kendalikan dirimu"
Contoh:
Saat anak mengamuk sejadinya sampai ia memukul-mukul atau
bahkan ingin menggit Anda.
Yang harus Anda lakukan:
Tarik napas dalam dan tahanlah emosi Anda, Ma. Kondisi ini
pasti sangat memicu amarah, namun tangisan si kecil tidak akan berhenti jika
Anda hanya terus berteriak padanya. Coba katakan ”Kamu tidak boleh begini.
Walaupun kamu marah kamu tidak boleh memukul Mama. Pergilah ke kamar, kamu
boleh pukul bantal sampai kesalmu hilang”.
Sahabat MediandaTerkini, Untuk mengajarkan pengendalian diri
pada anak adalah hal yang membutuhkan konsistensi dan banyak latihan.
Keterampilan ini bukan saja baik untuk anak saat amarahnya meluap tapi juga
untuk Mama dalam menyikapi perilaku si kecil. Semoga bermanfaat
Sumber : wajibbaca.com