MediandaTerkini
– Sahabat mediandaterkini idul adha atau yang biasa orang sebut hari raya
qurban sebentar lagi tiba. Memang hukumnya menurut pendapat terkuat adalah
sunnah muakkadah (yang ditekankan) akan tetapi sudah selayaknya seorang muslim
berqurban karena ini perintah langsung dari Allah yang digandengkan dengan
perintah shalat dan ibadah yang lain.
Sangat
disayangkan sekali dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih
ini, banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk memanfaatkannya. Contohnya
dengan adanya alat komunikasi seperti smartphone. Meskipun ada keluaran
tercanggih dari gadget tersebut, masyarakat akan tetap akan mencarinya meskipun
harga yang ditawarkan cukup mahal.
Boleh-boleh
saja seperti itu, asalkan tau batasannya. Bisa beli gadget yang mahal tapi gak
bisa menjalani perintah islam, ya percuma saja. Contohnya saja berkurban pada
hari raya Idul Adha.
waktu
hari raya idul adha, kaum muslimin di
mana sudah selayaknya kaum muslimin saling berbagai dengan daging qurban. Harta
itu seolah-olah tidak ada, harta itu tidak pernah ada dalam anggaran khusus.
Tiba-tiba menjadi sangat pelit dengan hartanya.
Memang
hukumnya menurut pendapat terkuat adalah sunnah muakkadah (yang ditekankan)
akan tetapi sudah selayaknya seorang muslim berqurban karena ini perintah
langsung dari Allah yang digandengkan dengan perintah shalat dan ibadah yang
lain. Sebagaimana di kutip dari muslimafiyah.
Allah
Ta’ala berfirman
فصل لربك وانحر
“Maka
shalatlah kamu karena Rabbmu dan menyembelihlah (karena Rabbmu)”.(QS:
Alkautsar: 3)
Allah
juga berfirman
“قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذلك أمرت وأنا أول المسلمين”
“Katakan
sesungguhnya sholatkhu, sembelihanku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb
alam semesta yang tiada sekutu baginya, dan untuk hal yang demikian itulah aku
diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama berserah diri.” (QS. Al-An’am :
162)
Bahkan
berqurban adalah syariat setiap Umat para Nabi, Allah Ta’ala berfirman,
“ولكل أمة جعلنا منسكاً ليذكروا اسم الله على ما رزقهم من بهيمة الأنعام فإلهكم إله واحد فله أسلِموا”
“Dan
setiap ummat kami telah jadikan syariat
berkurban agar mereka mengingat nama Allah atas apa-apa yang Dia jadikan rezeki
bagi mereka berupa binatang ternak, maka Tuhan kaloan adalah Tuhan yang satu,
hendaknya hanya padaNyalah kalian berserah diri”. (QS: Alhaj: 34)
Perintah
satu Qurban untuk satu keluarga (tidak memberatkan), bukan satu orang satu
qurban
Pendapat
terkuat bahwasanya satu qurban itu untuk satu keluarga, yaitu kepala keluarga
berqurban atas nama keluarga yang ditanggung nafkahnya. Sehingga ini tidaklah
memberatkan sama sekali, apalagi bagi mereka yang sudah dapat pekerjaan tetap
atau bisa membeli gadget berkelas dan juga, qurban hanya sekali setahun.
Ini
contoh dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam satu qurban (seekor
kambing) untuk dirinya dan keluarganya.
Abu
Ayyub radhiyallahu’anhu berkata,
كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِه
”Pada
masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam seseorang (suami) menyembelih
seekor kambing sebagai kurban bagi dirinya dan keluarganya.”[1]
Sebagaimana
Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah (semacam MUI di Saudi), dirumah orang tuanya ada
suadaranya juga yang sudah punya istri dan anak tetapi tinggal satu rumah, maka
cukup satu qurban untuk mereka semua satu rumah.
السنة: تكفي أضحية واحدة من والدك؛ لأنكم في بيت واحد، فإذا ضحى والدك عنكم جميعًا، كفت، والحمد لله
“Yang
sunnah adalah cukup satu qurban dari orang tuamu saja karena kalian berada
dalam satu rumah karena qurban orang tuamu mencukupi semuanya,”[2]
Peringatan:
Manusia sangat kikir terhadap hartanya
Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ
عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ
لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8)
“Sesungguhnya
manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Dan
Sesungguhnya anusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan Sesungguhnya
Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (Qs. Al-Aadiyat: 6-8)
Memang
demikian, karena harta adalah fitnah terbesar umat Islam
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya
setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.” [3]
Karenya
orang yang selamat, orang yang terlindung dari sifat kikir.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan
barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung” [At-Taghaabun: 16]
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
“Hati-hatilah
kalian terhadap As-syuhh (kikir), sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah
binasa karena disebabkan oleh As-syuhh (kikir). As-syuhh (kikir) itu mengajak
mereka untuk bakhil, maka mereka berbuat bakhil; ia itu mengajak memutuskan
tali silaturrahmi, maka mereka memutuskan tali silaturrahmi; dan ia itu
mengajak mereka untuk berdosa, maka mereka berbuat dosa.”[4]
Semoga
bermanfaat.
Wajibbaca