MediandaTerkini
– Sahabat medianda Terkini perasaan
cemburu dalam kehidupan rumah tangga adalah sesuatu yang wajar dan manusiawai. Mungkin
diantara kalian juga pernah merasakan hal ini. Namun perlu diingat asal jangan berlebihan dan
membabi buta terhadap pasangan rumah tangga.
Ibaratnya sebuah api akan bermanfaat jika digunakan secara proporsional,
misalnya api lilin bisa menjadi penerang di tempat yang gelap, api kompor bisa
digunakan untuk memasak, dan banyak lagi manfaat lainnya. Namun, api akan
menjadi sangat berbahaya jika digunakan secara berlebihan, misalnya dapat
membakar rumah dan menghanguskan pasar.
Begitu
juga dengan cemburu sahabat medianda terkini. Hendaklah perasaan cemburu
dirasakan sekadarnya saja. Jadikan cemburu hanya sebagai garam dalam
percintaan, jangan jadikan sebagai sayurnya. Dalam bercinta, cemburu memang
perlu karena kedalaman cinta patut dipertanyakan jika tidak ada rasa ini.
Namun, apabila api cemburu terlalu besar, akan sangat berbahaya. Selain dapat
membakar diri sendiri, juga akan membakar orang lain.
Sifat
cemburu lahir dari sikap tidak percaya diri, adanya kekhawatiran dan ketakutan
yang berlebihan terhadap pasangan suami atau istri—yang akan tidak setia atau
berpindah ke lain hati. Ketidakpercayaan ini akan menimbulkan permasalahan
dalam rumah tangga dan ini sebagai awal kehancuran.
Ada
dua macam cemburu, positif dan negatif. Ketika suami terlambat pulang, istri
sibuk mencari tahu tentang keberadaan suaminya karena khawatir terjadi apa-apa
pada diri sang suami, inilah cemburu yang positif.
Namun,
jika keterlambatan suami itu melahirkan prasangka buruk, berpikir yang tidak
karuan sehingga melahirkan percekcokan, ini disebut cemburu yang negatif.
Rasulullah Saw. melarang para suami maupun istri bersikap cemburu yang negatif,
sabdanya,
“Sesungguhnya
di antara cemburu ada cemburu yang dibenci Allah, yaitu cemburunya seorang
laki-laki kepada istrinya tanpa alasan.” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan
Tirmidzi).
Hadits
ini ditujukan kepada suami. Namun, karena kecemburuan juga bisa terjadi pada
istri, keterangan ini berlaku juga untuk para istri.
Sahabat
medianda terkini Maka, cemburu itu sehat asal positif. Ada yang mengatakan,
cemburu tanda cinta. Ini benar kalau yang dimaksud adalah cemburu positif.
Banyak kasus perceraian yang berawal dari cemburu yang negatif. Ke mana saja
istri atau suami pergi selalu dimata-matai, ada yang menelpon dicurigai,
tersenyum pada tetangga dicaci, dan lain-lain. Ini akan menjadi awal petaka.
Banyak
penyebab terjadinya cemburu negatif. Bisa karena tidak percaya diri atau
cenderung berprasangka buruk saat pasangan berada di sekitar lawan jenis yang
memiliki kelebihan. Bisa juga karena pengalaman sering dikhianati saat belum
menikah sehingga dia menjadi tidak mudah percaya lagi atau mungkin suami tidak
pernah menunjukkan cinta kasih–baik dengan bahasa verbal maupun nonverbal–
sehingga istri merasa tidak dicintai lagi.
Untuk
memperbaiki hal ini, cobalah pelajari kira-kira hal yang menjadi penyebabnya,
kemudian lakukan komunikasi terbuka. Survei membuktikan, jika komunikasi masih
berjalan, kehancuran rumah tangga bisa dihindari. Sebaliknya, bila komunikasi
sudah macet, tunggu saja kehancurannya, ia akan menjadi bom waktu yang bisa
meledak kapan dan di mana saja.
Untuk
itu sebaiknya suami maupun istri hendaknya mampu mengelola cemburu dalam
berumah tangga sehingga dapat menumbuhkan perasaan cinta yang semakin dalam
terhadap pasangannya. Jangan sampai sebaliknya.
Semoga
bermanfaat.