MediandaTerkini – Sahabat medianda
terkini NAUDZUBILLAH MIN DZALIK Jangan berpura-pura baik didepan orang banyak,
namun dibelakangnya melakukan banyak kemaksiatan, ketahui sesuatu yang sangat
berat dan mengerikan ini yang akan terjadi saat meninggal nanti.
Diambil dari kisah umala sufi
yang terkemuka di Marwah, yang mempunyai teman baik jika didepan teman-temannya
ketika dibelakang suka melakukan kemaksiatan.
Yahdan, seorang ulama sufi
terkemuka di Marwah, Basrah, berteman dengan seorang ahli ibadah yang baru
tobat dari maksiat.
Dia rajin shalat malam dan
selalu puasa Senin-Kamis. Pada suatu ketika, Manshur bin Ammar, nama ulama itu,
putus kontak dari temannya. Khalayak mengabarkan jika dia sedang sakit. Manshur
pun pergi ke rumah si fulan untuk menjenguknya.
Anak perempuannya lantas
menemui Manshur. Dia pun mengantar Manshur menemui ayahnya. Si sakit ternyata
sedang tidur di ranjang di tengah rumah. Mukanya menghitam, matanya berlinang
air mata dan bibirnya bengkak.
Manshur lantas berkata
kepadanya, "Wahai saudaraku, perbanyaklah berkata laila ha illallah."
Dia pun membuka mata dan menatap mata Manshur dengan tajam lalu tak sadarkan
diri.
Manshur mengulanginya hingga
tiga kali. Pada bisikan ketiga, temannya itu bangun. Dia berkata kepada
Manshur. "Wahai Manshur, aku telah terhalang dari kalimat itu.
Lidahku kelu tidak mampu
mengucapkannya." Manshur lantas bergumam, "La hawla wala quwwata illa
billahil aliyyil adhim' (tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung). "Wahai saudaraku, di
manakah shalat, puasa, dan tahajudmu?"
Temannya pun membuat pengakuan.
Dia bertobat bukan untuk Allah. Tobatnya hanya palsu. Semua ibadah itu
dilakukan hanya untuk dihormati orang. Ibadahnya menghilang saat sedang menyepi
sendiri. "Bila aku menyepi seorang diri, aku masuk ke dalam rumah dan
menutup gorden.
Aku minum khamar dan menentang
Allah dengan kemaksiatan-kemaksiatan," kata temannya Manshur.
Saat dia ditimpa penyakit
hingga hampir wafat, dia lantas menyuruh anak perempuannya untuk mengambilkan
mushaf. Kemudian, dia berdoa, "Ya Allah, demi Allah yang menurunkan
Alquran yang agung dengan kebenaran, mohon sembuhkanlah aku! Aku berjanji tidak
akan kembali melakukan dosa untuk selamanya," kata dia, seperti dituturkan
Manshur.
Allah pun mengabulkan doanya.
Dia sembuh dari penyakitnya. Setelah sembuh, dia kembali sering melakukan
maksiat. Uangnya dihamburkan di jalan haram. Dia terlena dalam kesenangan dunia
hingga beberapa lama. Sampai pada suatu hari, dia kembali diserang penyakit.
Kondisi badannya terus memburuk hingga sekarat.
Si fulan ini kemudian kembali
memerintahkan keluarganya untuk membawakan mushaf. Lantas, dia pun mulai
membaca Alquran.
"Lalu aku pegang mushaf
itu seraya berdoa, 'Ya Allah, demi Allah yang telah menurunkan kitab-Mu yang
mulia, mohon sembuhkanlah aku dari penyakitku ini."
Allah masih mendengar doa
fulan. Penyakitnya pun kembali disembuhkan. Nyatanya si fulan kembali
terjerembap ke jurang dosa.
Seperti biasa, dia kembali
meminta keluarganya mengambil mushaf. Hanya, matanya kali ini sudah tidak bisa
membaca.
Dia kemudian bercerita kepada
Manshur. Saat berdoa kepada Allah SWT untuk memohon kesembuhan, tiba-tiba
terdengar suara seperti orang memanggil. "Engkau bertobat tatkala engkau
sakit dan kembali ke perbuatan dosa saat engkau sembuh.
Betapa banyak dia
menyelamatkanmu dari kesusahan dan betapa banyak dia menyingkap musibah saat
engkau diuji.
Tidakkah engkau takut kematian
mendatangimu saat engkau bergumul dengan dosa yang kau mainkan?'
Usai mendengar kisah si fulan,
Manshur pun keluar dari rumahnya sambil berderai air mata. Belum sampai Manshur
tiba di depan rumah, sampailah berita bahwa si fulan telah meninggal dunia.
(Dikutip dari buku Taubat dari Dosa yang Tersembunyi karangan Fariq Gazim
Anuz). Semoga bermanfaat.