Senin, 18 Desember 2017

Ayah yang Tidak Betah Berlama-Lama Sama Anak, Adalah Salah Satu Kebiasaan Buruk Ayah

MediandaTerkini - Para suami yang sudah menjadi ayah kadang suka menyimpan kebiasaan buruk. Tahukah Anda bahwa kebiasaan ini sebaiknya segera kita atasi. Agar kita bisa mengasuh dan mendidik anak dengan lebih baik lagi.




Apa sajakah kebiasaan buruk Ayah itu? Berikut ulasan kami, semoga menjadi bahan renungan untuk anda yang sudah berstatus “ AYAH”

1. Merokok di dekat anak

Kebiasaan merokok adalah salah satu kebiasaan yang hampir dilakukan oleh setiap laki-laki yang menjadi Ayah. Walau tahu resiko buruk merokok, tetap banyak para Ayah yang tak menghiraukan merokok di depan atau di dekat anak. Padahal asap rokok bisa sebabkan anak alami masalah dengan paru-paru.

2. Mudah marah pada anak

Sebagian Ayah kadang tidak sabar dengan tingkahlaku anak-anaknya. Ketidaksabaran Ayah kadang diakhiri dengan kemarahan pada anak-anak. Parahnya lagi marah Ayah diiringi bentakan. Padahal menurut penelitian membentak anak bisa merusak milyaran sel saraf otak anak ditambah lagi masalah psikologis yang anak alami seperti takut, menjadi diam dan seterusnya

3. Ayah paling tidak betah berlama-lama dengan anak

Hanya sedikit para Ayah yang betah bermain dalam waktu yang lama dengan anak-anak akhirnya sang Ibu selalu menjadi tempat anak-anak betah bermain. Bermain apa saja, bercerita apa saja.

4. Ayah jarang memuji Istri yang sekaligus Ibu dari anak-anaknya

Pujian itu adalah hal fitrah yang dibutuhkan oleh siapapun, apalagi wanita. Pujian suami pada istri adalah bagian dari menjaga keharmonisan dalam keluarga. Pujian yang sederhana saja akan membuat istri semakin berarti, misalnya memuji masakan, memuji penampilan dst.

Mari para Ayah, jadilah Ayah yang hebat bagi anak-anak kita. Ayah yang tak memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk di atas sehingga Ayah akan menjadi sosok teladan anak-anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.

7 Hal yang Akan Selalu Diingat Oleh Anak Kita

Anak memiliki memori yang kuat untuk mengingat apa yang terjadi sejak dia kecil. Kira-kira, mana yang lebih banyak diingat oleh anak kita, memori menyenangkan atau sebaliknya?

Setiap kali saya main ke rumah mama alias rumah masa kecil saya, nggak jarang saya suka mendadak mellow, apalagi pada musim hujan. Semua kenangan masa kecil saya seolah-olah diputar dalam sebuah film. Dan, untungnya antara memori menyenangkan dengan memori buruk masih jauuuuh lebih banyak memori yang menyenangkannya, hahaha.

1. Membacakan buku untuk anak

Mama saya penggila buku dan hobinya diturunkan ke saya dan kedua kakak saya. Di kelas 3 SD bacaan saya adalah buku-buku Enid Blyton sampai Agatha Christie, tapi satu hal yang saya ingat banget adalah setiap malam sebelum saya bisa membaca buku, mama akan membacakan cerita tentang Tini atau koleksi dongeng dari Christian Andersen.

Dan saya pun melakukan hal yang sama ke anak-anak saya dengan harapan anak-anak juga memiliki kenangan yang indah seperti saya tentang membaca dan buku.

2. Seberapa sering kita mendengarkan anak-anak kita berbicara

Kadang saya kangen dengan masa ketika telepon yang paling canggih hanya telepon rumah dan komunikasi antar anggota keluarga mudah diciptakan. Nggak jarang, anak saya suka marah kalau lagi di mobil ngajak saya ngomong dan muka saya asik menghadap ke layar ponsel. “Mama dengerin nggak sih?”

Waktu saya sudah siap untuk mendengarkan, anak saya sudah keburu melengos dan bilang lupa. That’s why saya mengeluarkan aturan tentang jam tanpa gadget di rumah. Mungkin ‘sebentar’ versi kita berbeda dengan apa yang ditangkap oleh anak kita.

Saya pun belajar untuk lebih lama menyediakan telinga saat anak-anak ingin bercerita walaupun ceritanya hanya tentang “Tadi aku kepleset di sekolah.” The smartphone, email, TV show won’t get hurt saat kita melupakan mereka sejenak but our children will.

3. Memeluk anak sesering mungkin

Sayangnya, orangtua saya bukan tipe yang suka memeluk dan memuji anak :D. Ini salah satu hal yang tidak ingin saya contoh (cium tangan dulu ke mama dan papa :p). Buat saya, dengan memeluk anak itu salah satu ekspresi rasa sayang yang paling dalam tanpa saya harus bicara panjang lebar. Dan saya berharap, saya akan selalu tahu kapan anak-anak saya membutuhkan pelukan dari saya.

4. Miliki tradisi keluarga

Saat kami kecil, setiap akhir pekan setelah pulang gereja, mama dan papa akan membawa anak-anaknya ke Gramedia Matraman (saat itu hanya Gramedia ini yang sudah buka :D) dan kami diberikan izin untuk membeli 3 buku setiap kali datang.

Bagi saya ini merupakan kebiasaan yang seru. Nah, sampai saat ini saya masih mencari ‘tradisi’ yang pas yang akan membuat anak-anak saya selalu kangen dengan masa kecil mereka kelak. Hmmm…. apa ya? Ada ide?

5. Makan bersama

Saya menganggap makan bersama menjadi salah satu hal penting. Kenapa?

Saya dibesarkan dalam keluarga yang mengharuskan makan di meja makan dan bersama. Saat itu menjadi waktu paling nyaman untuk kami saling cerita atau sekadar menikmati masakan bikinan almarhum papa. Sebaliknya, suami saya tumbuh dalam lingkungan yang makan itu bisa di mana saja dan nggak harus bersama.

Cukup sulit membiasakan makan bersama pada awalnya. Tapi saya kekeuh melakukannya agar anak-anak juga paham bahwa makan itu adalah kegiatan penting bagi mereka dan di saat itu mereka juga bisa berbicara dengan mama dan ayahnya.

6. Rayakan setiap hal yang terjadi

Setiap anak memiliki waktu berbeda untuk bisa berhasil melakukan segala sesuatu. Si kakak di umur 5 tahun sudah bisa lancar naik sepeda roda dua tanpa ada yang ngajarin. Si adik baru bisa naik sepeda roda dua ketika usinya sudah menginjak umur 6,5 tahun. Setiap hal yang bisa mereka capai, saya usahakan untuk ‘merayakannya.”

Bisa membaca dengan lancar, rayakan dengan membeli 7 buku favorit mereka. Bisa naik sepeda, rayakan dengan membeli helm dan pelindung lutut serta sikut. Bisa meraih nilai bagus di sekolah, rayakan dengan makan mie ayam favorite di warung bakmi dekat sekolah.

Bisa nggak ngompol sesaat lepas dari diapers, rayakan dengan tidur untel-untelan di kasur kecil. As simple as that. Intinya, saya merayakan keberhasilan mereka karena saya menghargai setiap jerih payah yang mereka lakukan.

7. Jangan berhenti bermain

Papa saya itu lebih hangat dibanding mama saya. Kalau bagian senang-senang, biasanya sering saya lakukan bersama papa. Main kartu 41, main monopoli, main ayunan, duduk di antara kedua kaki papa saat papa lagi tidur telentang dan kemudian papa mengangkat saya sampai main petasan melawan anak tetangga, hahaha.

Anak-anak memiliki hasrat alami untuk bermain dan saya mencoba mengakomodir itu. Mulai dari perang air, perang bantal sampai bermain bajak laut mencari harta karun. Saya hanya ingin anak-anak mengaitkan saya dengan hal-ha yang menyenangkan.

Biarkan anak-anak memiliki kenangan yang indah tentang kita sebagai orangtuanya.
Selamat menjadi Ayah yang hebat !! Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan

Please Like dan Share

Sumber : rafkeyku.blogspot.com & berbagai sumber
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Ayah yang Tidak Betah Berlama-Lama Sama Anak, Adalah Salah Satu Kebiasaan Buruk Ayah