MediandaTerkini - Para suami yang sudah menjadi ayah kadang
suka menyimpan kebiasaan buruk. Tahukah Anda bahwa kebiasaan ini sebaiknya
segera kita atasi. Agar kita bisa mengasuh dan mendidik anak dengan lebih baik
lagi.
Apa sajakah kebiasaan buruk Ayah itu? Berikut ulasan kami,
semoga menjadi bahan renungan untuk anda yang sudah berstatus “ AYAH”
1.
Merokok di dekat anak
Kebiasaan merokok adalah salah satu kebiasaan yang hampir
dilakukan oleh setiap laki-laki yang menjadi Ayah. Walau tahu resiko buruk
merokok, tetap banyak para Ayah yang tak menghiraukan merokok di depan atau di
dekat anak. Padahal asap rokok bisa sebabkan anak alami masalah dengan
paru-paru.
2.
Mudah marah pada anak
Sebagian Ayah kadang tidak sabar dengan tingkahlaku
anak-anaknya. Ketidaksabaran Ayah kadang diakhiri dengan kemarahan pada
anak-anak. Parahnya lagi marah Ayah diiringi bentakan. Padahal menurut
penelitian membentak anak bisa merusak milyaran sel saraf otak anak ditambah
lagi masalah psikologis yang anak alami seperti takut, menjadi diam dan
seterusnya
3. Ayah
paling tidak betah berlama-lama dengan anak
Hanya sedikit para Ayah yang betah bermain dalam waktu yang
lama dengan anak-anak akhirnya sang Ibu selalu menjadi tempat anak-anak betah
bermain. Bermain apa saja, bercerita apa saja.
4. Ayah
jarang memuji Istri yang sekaligus Ibu dari anak-anaknya
Pujian itu adalah hal fitrah yang dibutuhkan oleh siapapun,
apalagi wanita. Pujian suami pada istri adalah bagian dari menjaga keharmonisan
dalam keluarga. Pujian yang sederhana saja akan membuat istri semakin berarti,
misalnya memuji masakan, memuji penampilan dst.
Mari para Ayah, jadilah Ayah yang hebat bagi anak-anak kita.
Ayah yang tak memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk di atas sehingga Ayah akan
menjadi sosok teladan anak-anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.
7 Hal
yang Akan Selalu Diingat Oleh Anak Kita
Anak memiliki memori yang kuat untuk mengingat apa yang
terjadi sejak dia kecil. Kira-kira, mana yang lebih banyak diingat oleh anak
kita, memori menyenangkan atau sebaliknya?
Setiap kali saya main ke rumah mama alias rumah masa kecil
saya, nggak jarang saya suka mendadak mellow, apalagi pada musim hujan. Semua
kenangan masa kecil saya seolah-olah diputar dalam sebuah film. Dan, untungnya
antara memori menyenangkan dengan memori buruk masih jauuuuh lebih banyak
memori yang menyenangkannya, hahaha.
1.
Membacakan buku untuk anak
Mama saya penggila buku dan hobinya diturunkan ke saya dan
kedua kakak saya. Di kelas 3 SD bacaan saya adalah buku-buku Enid Blyton sampai
Agatha Christie, tapi satu hal yang saya ingat banget adalah setiap malam
sebelum saya bisa membaca buku, mama akan membacakan cerita tentang Tini atau
koleksi dongeng dari Christian Andersen.
Dan saya pun melakukan hal yang sama ke anak-anak saya
dengan harapan anak-anak juga memiliki kenangan yang indah seperti saya tentang
membaca dan buku.
2.
Seberapa sering kita mendengarkan anak-anak kita berbicara
Kadang saya kangen dengan masa ketika telepon yang paling
canggih hanya telepon rumah dan komunikasi antar anggota keluarga mudah
diciptakan. Nggak jarang, anak saya suka marah kalau lagi di mobil ngajak saya
ngomong dan muka saya asik menghadap ke layar ponsel. “Mama dengerin nggak
sih?”
Waktu saya sudah siap untuk mendengarkan, anak saya sudah
keburu melengos dan bilang lupa. That’s why saya mengeluarkan aturan tentang
jam tanpa gadget di rumah. Mungkin ‘sebentar’ versi kita berbeda dengan apa
yang ditangkap oleh anak kita.
Saya pun belajar untuk lebih lama menyediakan telinga saat
anak-anak ingin bercerita walaupun ceritanya hanya tentang “Tadi aku kepleset
di sekolah.” The smartphone, email, TV show won’t get hurt saat kita melupakan
mereka sejenak but our children will.
3.
Memeluk anak sesering mungkin
Sayangnya, orangtua saya bukan tipe yang suka memeluk dan
memuji anak :D. Ini salah satu hal yang tidak ingin saya contoh (cium tangan
dulu ke mama dan papa :p). Buat saya, dengan memeluk anak itu salah satu
ekspresi rasa sayang yang paling dalam tanpa saya harus bicara panjang lebar.
Dan saya berharap, saya akan selalu tahu kapan anak-anak saya membutuhkan
pelukan dari saya.
4. Miliki
tradisi keluarga
Saat kami kecil, setiap akhir pekan setelah pulang gereja,
mama dan papa akan membawa anak-anaknya ke Gramedia Matraman (saat itu hanya
Gramedia ini yang sudah buka :D) dan kami diberikan izin untuk membeli 3 buku
setiap kali datang.
Bagi saya ini merupakan kebiasaan yang seru. Nah, sampai
saat ini saya masih mencari ‘tradisi’ yang pas yang akan membuat anak-anak saya
selalu kangen dengan masa kecil mereka kelak. Hmmm…. apa ya? Ada ide?
5.
Makan bersama
Saya menganggap makan bersama menjadi salah satu hal
penting. Kenapa?
Saya dibesarkan dalam keluarga yang mengharuskan makan di
meja makan dan bersama. Saat itu menjadi waktu paling nyaman untuk kami saling
cerita atau sekadar menikmati masakan bikinan almarhum papa. Sebaliknya, suami
saya tumbuh dalam lingkungan yang makan itu bisa di mana saja dan nggak harus
bersama.
Cukup sulit membiasakan makan bersama pada awalnya. Tapi
saya kekeuh melakukannya agar anak-anak juga paham bahwa makan itu adalah
kegiatan penting bagi mereka dan di saat itu mereka juga bisa berbicara dengan
mama dan ayahnya.
6.
Rayakan setiap hal yang terjadi
Setiap anak memiliki waktu berbeda untuk bisa berhasil
melakukan segala sesuatu. Si kakak di umur 5 tahun sudah bisa lancar naik
sepeda roda dua tanpa ada yang ngajarin. Si adik baru bisa naik sepeda roda dua
ketika usinya sudah menginjak umur 6,5 tahun. Setiap hal yang bisa mereka
capai, saya usahakan untuk ‘merayakannya.”
Bisa membaca dengan lancar, rayakan dengan membeli 7 buku
favorit mereka. Bisa naik sepeda, rayakan dengan membeli helm dan pelindung
lutut serta sikut. Bisa meraih nilai bagus di sekolah, rayakan dengan makan mie
ayam favorite di warung bakmi dekat sekolah.
Bisa nggak ngompol sesaat lepas dari diapers, rayakan dengan
tidur untel-untelan di kasur kecil. As simple as that. Intinya, saya merayakan
keberhasilan mereka karena saya menghargai setiap jerih payah yang mereka
lakukan.
7.
Jangan berhenti bermain
Papa saya itu lebih hangat dibanding mama saya. Kalau bagian
senang-senang, biasanya sering saya lakukan bersama papa. Main kartu 41, main
monopoli, main ayunan, duduk di antara kedua kaki papa saat papa lagi tidur
telentang dan kemudian papa mengangkat saya sampai main petasan melawan anak
tetangga, hahaha.
Anak-anak memiliki hasrat alami untuk bermain dan saya mencoba
mengakomodir itu. Mulai dari perang air, perang bantal sampai bermain bajak
laut mencari harta karun. Saya hanya ingin anak-anak mengaitkan saya dengan
hal-ha yang menyenangkan.
Biarkan anak-anak memiliki kenangan yang indah tentang kita
sebagai orangtuanya.
Selamat menjadi Ayah yang hebat !! Semoga tulisan ini bisa
menjadi bahan renungan
Please Like dan Share
Sumber : rafkeyku.blogspot.com & berbagai sumber