MediandaTerkini – Sahabat medianda
terkini Kisah Seorang Pemuda Ahli Surga " Kata Rasulullah " Dahulu di
tempat itulah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam senantiasa berkumpul
bermusyawarah bersama para Shahabatnya radhiallaahu 'anhum.
Di sana Beliau SAW memberi
taushiyyah, bermudzakarah, dan ta'lim.
Suatu ketika, saat Rasulullah
SAW memberikan taushiyyahnya, tiba-tiba Beliau SAW berucap,
"Sebentar lagi akan datang
seorang pemuda ahli surga."
Para Shahabat R.A pun saling
bertatapan, di sana ada Abu Bakar Ash Shiddiqradhiallaahu 'anhu, Utsman bin
Affanradhiallaahu 'anhu, Umar bin Khattabradhiallaahu 'anhu, dan beberapa
Shahabat lainnya.
Tak lama kemudian, datanglah
seorang pemuda yang sederhana.
Pakaiannya sederhana,
penampilannya sederhana, wajahnya masih basah dengan air wudhu.
Di tangan kirinya menenteng
sandalnya yang sederhana pula.
Di kesempatan lain, ketika
Rasulullah SAW berkumpul dengan para Shahabatnya, Beliau SAW pun berucap,
"Sebentar lagi kalian akan
melihat seorang pemuda ahli surga."
Dan pemuda sederhana itu datang
lagi, dengan keadaan yang masih tetap sama, sederhana.
Para Shahabat yang berkumpul
pun terheran-heran, siapa dengan pemuda sederhana itu?
Bahkan hingga ketiga kalinya
Rasulullah SAW mengatakan hal yang serupa.
Bahwa pemuda sederhana itu
adalah seorang ahli surga.
Seorang Shahabat, Mu'adz bin
Jabbalradhiallaahu 'anhupun merasa penasaran.
Amalan apa yang dimilikinya
sampai-sampai Rasul menyebutnya pemuda ahli surga?
Maka Mu'adzradhiallaahu'anhu
berusaha mencari tahu. Ia berdalih sedang berselisih dengan ayahnya dan meminta
izin untuk menginap beberapa malam di kediaman si pemuda tersebut. Si pemuda
pun mengizinkan. Dan mulai saat itu Mu'adz mengamati setiap amalan pemuda
tersebut.
Malam pertama, ketika Mu'adz
bangun untuk tahajud, pemuda tersebut masih terlelap hingga datang waktu
shubuh.
Ba'da shubuh, mereka
bertilawah. Diamatinya bacaan pemuda tersebut yang masih terbata-bata, dan
tidak begitu fasih.
Ketika masuk waktu dhuha,
Mu'adz bergegas menunaikan shalat dhuha, sementara pemuda itu tidak.
Keesokkannya, Mu'adz kembali
mengamati amalan pemuda tersebut.
Malam tanpa tahajjud, bacaan
tilawah terbata-bata dan tidak begitu fasih, serta di pagi harinya tidak shalat
dhuha.
Begitu pun di hari ketiga,
amalan pemuda itu masih tetap sama.
Bahkan di hari itu Mu'adz shaum
sunnah, sedangkan pemuda itu tidak shaum sunnah.
Mu'adz pun semakin heran dengan
ucapan Rasulullah SAW.
Tidak ada yang istimewa dari
amalan pemuda itu,
tetapi Beliau SAW menyebutnya
sebagai pemuda ahli surga.
Hingga Mu'adz pun langsung
mengungkapkan keheranannya pada pemuda itu.
"Wahai Saudaraku,
sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut-nyebut engkau sebagai pemuda ahli surga.
Tetapi setelah aku amati, tidak
ada amalan istimewa yang engkau amalkan.
Engkau tidak tahajjud, bacaanmu
pun tidak begitu fasih, pagi hari pun kau lalui tanpa shalat dhuha, bahkan
shaum sunnah pun tidak.
Lalu amal apa yang engkau
miliki sehingga Rasul SAW menyebutmu sebagai ahli surga?"
"Saudaraku, aku memang
belum mampu tahajjud.
Bacaanku pun tidak fasih. Aku
juga belum mampu shalat dhuha.
Dan aku pun belum mampu untuk
shaum sunnah.
Tetapi ketahuilah, sudah
beberapa minggu ini aku berusaha untuk menjaga tiga amalan yang baru mampu aku
amalkan."
"Amalan apakah itu?"
"Pertama, aku berusaha
untuk tidak menyakiti orang lain.
Sekecil apapun, aku berusaha
untuk tidak menyinggung perasaan orang lain.
Baik itu kepada ibu bapakku,
istri dan anak-anakku, kerabatku, tetanggaku, dan semua orang yang hidup di
sekelilingku.
Aku tak ingin mereka tersakiti
atau bahkan tersinggung oleh ucapan dan perbuatanku."
"Subhanallah...kemudian apa?"
"Yang kedua, aku berusaha
untuk tidak marah dan memaafkan.
Karena yang aku tahu bahwa
Rasullullah tidak suka marah dan mudah memaafkan."
"Subhanallah...lalu
kemudian?"
"Dan yang terakhir, aku
berusaha untuk menjaga tali shilaturrahim.
Menjalin hubungan baik dengan
siapapun.
Dan menyambungkan kembali tali
shilaturrahim yang terputus."
Demi Allah...engkau benar-benar
ahli surga.
Ketiga amalan yang engkau sebut
itulah amalan yang paling sulit aku amalkan."
Wallahu a'lam bi shawwab.
Semoga kita bisa mengambil
hikmahnya dan bisa mencontohnya.
Sahabat medianda terkini semoga
tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala
kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu
Musta'an
Sumber : pages kisah kisah teladan islami
penuh hikmah