MediandaTerkini - Beruntunglah Jika kamu (wanita) yang bisa
fulltime menjadi ibu rumah tangga. Berarti suami telah mampu menafkahi keluarganya
dengan cukup.
Jangan sampai keberuntungan ini membuat kita merasa layak
memandang rendah para wanita pekerja entah dengan alasan atau pola pikir
apapun.
Juga, jangan sampai keberuntungan ini tidak kita syukuri dan
malahan kita merasa iri dengan para wanita pekerja yang kelihatannya lebih asyik
bisa pegang uang sendiri.
Karena faktanya, ada banyak masalah yang dihadapi para
wanita pekerja yang mungkin tak diketahui oleh para ibu rumah tangga:
1.
Persaingan di Dempat Kerja
Kalau di antara tetangga saja ada persaingan, yaa bersaing
beli peralatan masak baru, bersaing renovasi rumah, dll. Apalagi persaingan di
tempat kerja yang lebih ‘gila’.
Ada yang harus sikut-sikutan, dicurangi, atau bahkan
terpaksa menjilat hanya untuk mendapat haknya. Karena memang dunia kerja cukup
keras.
2.
Perjuangan Berjejalan di Transportasi Umum
Ibu rumah tangga memang lelah karena kerja 24 jam sehari.
Tapi berysukur tidak perlu berjejalan di transportasi umum tiap pagi dan sore,
baik di bis, busway maupun kereta.
Mungkin ada yang nyinyir… “Sudah tahu begitu, yaa nggak usah
kerja dong!”
Kalau kita tidak ikut menyumbang untuk menafkahi keperluan
dapurnya, atau untuk membayar biaya pengobatan orangtuanya yang sudah sepuh,
rasanya kita tak berhak untuk nyinyir deh. Setiap orang punya masalahnya
masing-masing yang tidak bisa kita judge begitu saja.
Lagipula… kalau tidak ada para wanita pekerja, apakah ibu
rumah tangga mau melahirkan ditangani bidan pria, dokter pria, karena segala
bidang pekerjaan didominasi kaum pria?
Jadi bersyukurlah untuk setiap nikmat perbedaan yang Allah
beri.
3.
Dilema Ketika Anak Sakit
Jangankan ketika anak sakit, pas anak sehat normal saja para
wanita pekerja perlu bersikap tega meninggalkan anaknya di bawah pengasuhan
orang lain, entah neneknya sendiri, tetangga, ataupun pengasuh anak.
Apalagi ketika anak sakit, dilema untuk tetap tinggal di
rumah merawat anak atau tetap bekerja menuntaskan berbagai amanah menjadi
permasalahan yang pasti menghantui para wanita pekerja.
4.
Menjelang dan Usai Persalinan
Satu lagi yang menjadi masalah bagi wanita pekerja adalah
menjelang persalinan dan juga setelahnya. Cuti 3 bulan rasanya tidak cukup
untuk beradaptasi dengan si buah hati yang baru terlahir.
Menyiapkan asi perah, membiasakan anak tanpa gendongan
ibundanya, wuih… masa yang berat untuk seorang wanita pekerja.
Rata-rata akan memutuskan resign dari pekerjaan begitu
terbentur permasalahan ini. Dan keputusan resign itu pun pasti membawa
konsekuensi lainnya untuk sang wanita pekerja, terutama jika memang suaminya
tidak bertanggungjawab soal nafkah.
Setidaknya 4 masalah tersebut pasti pernah dihadapi wanita
pekerja, akan tetapi semoga kontribusi untuk masyarakat yang diberikan oleh
para wanita pekerja ini bisa berbuah pahala.
Barangkali ada yang ingin menambahkan poin-poinnya? Bisa
dengan mengisi komentar dipostingan dibawah ini. Semoga bermanfaat dan menambah
bersyukur.
Sumber: ummi-online.com