MediandaTerkini - Sering kita dapati beberapa orang yang
suka menceritakan mimpi, baik ataupun buruk. Padahal Nabi pernah menjelaskan
dalam berbagai hadits tentang hukum menceritakan mimpi baik dan buruk kepada
orang lain.
Sebagaimana yang kita ketahui, Mimpi merupakan suatu
kejadian yang dialami manusia ketika tidur. Mimpi adakalanya benar dan tidak
benar. Tidak hanya terjadi pada manusia awam saja, Namun para Nabi pun juga
mengalami mimpi.
Mimpi pada seseorang adakalanya menyenangkan dan ada juga
menyeramkan dan menyedihkan. Contohnya mimpi bertemu dengan orang yang kita
cintai, mimpi dikejar makhluk halus, mimpi mati dan lain sebagainya.
Kebanyakan mimpi orang awam terjadi dengan campur tangan
setan. Sedangkan mimpi para Nabi dan Rasul merupakan mimpi petunjuk dari Allah
SWT.
Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan
kabar gembira dari Allah.”
Hukum Menceritakan Mimpi Buruk Pada Orang Lain
Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah SAW pernah
menegaskan bahwasanya mimpi buruk berasal dari syaithon. Entah mimpi tersebut
mimpi yang menakutkan atau mimpi yang menyedihkan dan mimpi yang tidak kita
sukai; ketiganya masuk dalam kategori mimpi buruk yang dimaksud oleh Nabi.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْتُ فِى الْمَنَامِ كَأَنَّ رَأْسِى ضُرِبَ فَتَدَحْرَجَ فَاشْتَدَدْتُ عَلَى أَثَرِهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِلأَعْرَابِىِّ « لاَ تُحَدِّثِ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ فِى مَنَامِكَ . وَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- بَعْدُ يَخْطُبُ فَقَالَ لاَ يُحَدِّثَنَّ أَحَدُكُمْ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِى مَنَامِهِ
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, Ada seorang Arab badui datang
menemui Nabi kemudian bertanya, “Ya rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal
lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya”. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang tersebut, “Jangan kau ceritakan kepada
orang lain ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”. Setelah
kejadian itu, aku mendengar Nabi menyampaikan dalam salah satu khutbahnya,
“Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan dirinya dalam alam
mimpi” (HR Muslim)
Berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim diatas, Nabi melarang
kita untuk menceritakan mimpi buruk pada orang lain, Mimpi buruk terjadi karena
ulah setan yang mempermainkan perasaan dan akal manusia.
Hal ini dilarang karena jika kita menceritakannya maka bisa
jadi orang lain yang mendengarnya akan mentakwilkan atau mengartikannya dengan
pendapat masing-masing sehingga tak jarang malah menimbulkan fitnah, ketakutan
dan rasa resah gelisah bagi orang yang mengalami mimpi buruk tersebut.
Lalu bagaimana jika mimpi buruk itu terjadi pada diri kita?
Jangan khawatir, Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan pada kita agar
syaithon yang mengganggu segera menjauh dan mimpi buruk tersebut tidak
membahayakan pada orang yang mengalaminya.
Ta’awudz
Begitu terbangun karena mimpi buruk, segeralah minta
perlindungan pada Allah dengan membaca ta’awudz; A’udzu billahi minasy
syaithanir rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang
terkutuk).
الْحُلْمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ فَلْيَتَعَوَّذْ مِنْهُ وَلْيَبْصُقْ عَنْ شِمَالِهِ فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ
“Mimpi buruk berasal dari setan, maka jika salah seorang
diantara kalian bermimpi buruk, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah
karenanya” (HR. Bukhari)
Disunnahkan membaca ta’awudz ini tiga kali sebagaimana sabda
Rasulullah dalam hadits lainnya.
Meludah ke Kiri Tiga Kali
Setelah berlindung kepada Allah, hendaknya orang yang bangun
dari mimpi buruk meludah ke kiri tiga kali.
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ
“Apabila salah seorang kamu bermimpi dengan mimpi yang tidak
disenanginya, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali, berlindunglah kepada
Allah dari gangguan syetan tiga kali…” (HR. Muslim)
Menurut penjelasan hadits diatas, urutannya adalah meludah
dulu, baru kemudian membaca ta’awudz.
Sholat
Langkah selanjutnya adalah mendirikan shalat. Jika ta’awudz
adalah meminta perlindungan Allah dengan ucapan, maka shalat adalah meminta
pertolongan Allah dengan ucapan sekaligus perbuatan.
Untuk bisa menunaikan shalat, seorang muslim harus berwudhu
terlebih dahulu, sedangkan wudhu juga termasuk salah satu cara untuk menjaga
seseorang dari gangguan syetan.
فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ
“Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi,
bangunlah, kemudian shalatlah…” (HR. Muslim)
Mengubah Posisi Tidur
Setelah shalat, mungkin seseorang yang telah bermimpi buruk
ingin tidur lagi. Rasulullah menjelaskan, hendaknya orang yang telah bermimpi
buruk mengubah posisi tidurnya.
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ
“Jika salah seorang kamu bermimpi dengan mimpi yang tidak
disenanginya, maka hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali, berlindunglah kepada
Allah dari gangguan syetan tiga kali, dan mengubah tidurnya dari posisi
semula.” (HR. Muslim)
Tidak Menceritakan Mimpi
Dan yang terakhir ini sudah dibahas diatas, Jangan sekali
kali menceritakan mimpi buruk pada orang lain; baik kepada keluarga sendiri
maupun saudara dan teman karib.
فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَلْيَتْفِلْ ثَلَاثًا وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
“Siapa yang bermimpi yang tidak disukainya, hendaklah
meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatannya dan dari kejahatan setan,
dan hendaklah meludah tiga kali dan jangan menceritakannya kepada seorang pun,
niscaya mimpi itu tidak membahayakannya.” (HR. Bukhari)
Tidak Menafsirkan Mimpi Dengan Penafsiran Negatif
Rasulullah menjelaskan bahwa mimpi buruk itu tak akan
terjadi di dunia nyata kecuali setelah ditafsirkan. Karenanya, kalaupun
terpaksa menafsirkan mimpi, maka tafsirkanlah dengan hal-hal yang baik atau
positif,
الرُّؤْيَا عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ تُعْبَرْ فَإِذَا عُبِرَتْ وَقَعَتْ
“Mimpi itu berada di kaki burung (mengambang) selama tidak
di ta’birkan/ditafsirkan, jika dita’birkan bisa jadi mimpi itu akan terjadi.”
(HR. Ibnu Majah)
Hukum Menceritakan Mimpi Baik Kepada Orang Lain
Lalu bagaimana jika kita mengalami mimpi baik, Apakah tidak
boleh diceritakan juga seperti halnya mimpi buruk? Nabi pernah menjelaskan
bahwa mimpi baik itu datang dari Allah, dan menceritakan mimpi baik tidak
dilarang.
Dengan catatan, hanya orang orang terdekat saja yang
diberitahu tentang mimpi baik tersebut. Sebagaimana yang dimuat dalam hadits
berikut,
Diriwayatkan dari Abu Usamah, ia berkata, “Aku pernah
melihat sebuah mimpi yang membuat aku sakit hingga aku mendengar Qatadah
berkata, ‘Aku pernah melihat sebuah mimpi yang membuat aku sakit hingga aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Mimpi baik berasal dari Allah.
Jika salah seorang kalian melihat apa yang kalian sukai maka janganlah ia
ceritakan mimpi tersebut kecuali kepada orang yang menyukainya saja dan jika ia
melihat mimpi yang tidak ia sukai maka hendaklah ia meminta perlindungan kepada
Alloh dari kejahatan mimpi tersebut dan dari kejahatan syaitan, kemudian
meludah lah tiga kali dan jangan ia ceritakan kepada siapapun, sebab mimpi itu
tidak akan mendatangkan kemudharatan’,” (HR Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, “Bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Jika salah seorang
kalian melihat mimpi yang ia sukai, sesungguhnya mimpi tersebut dari Allah,
hendaklah ia memuji Allah atas mimpi tersebut dan silahkan beritahu orang lain.
Dan apabila ia melihat mimpi yang tidak ia sukai, sesungguhnya mimpi tersebut
dari syaitan, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan
mimpi tersebut dan jangan ia ceritakan kepada siapapun, sebab mimpi tersebut
tidak akan mendatangkan mudharat’,” (HR Bukhari)
Berdasarkan petunjuk hadits diatas, Ketika mengalami mimpi
baik, hendaknya waktu bangun kita memuji Allah dan memohon kepadanya agar
segera merealisasikannya di dunia nyata dan jangan menceritakan mimpi baik
kecuali kepada orang yang mencintainya atau dekat dengannya.
Oleh sebab itu saat Nabi Yusuf bermimpi melihat bulan,
matahari dan sebelas bintang bersujud kepadanya, ia menceritakan mimpi tersebut
pada bapaknya yakni Nabi Ya’qub. Namun ayahnya memerintahkan pada Nabi Yusuf
untuk tidak menceritakan mimpi baik tersebut pada saudara-saudaranya.
“Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Yusuf : 5)
Demikianlah penjabaran tentang Hukum terkait Menceritakan
Mimpi Buruk dan Baik pada Orang Lain, Janganlah lupa baca doa sebelum tidur, Semoga
bermanfaat. Aamiin.
Wallahu a’lam
Sumber: kabarmakkah.com